perbedaan ilmu dengan pengetahuan
disusun oleh : sayed aznan
1.
Perkembangan
Ilmu Pengetahuan
Pada
awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan
bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau
ibu dari semua ilmu (mater scientiarum). Karena objek material
filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan
objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat. Meskipun
pada perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini
tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus.
Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan
batas-batas yang tegas di antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain tidak ada
bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah
filsafat berusaha untuk menyatu padukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat
adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang
didasarkan atas pengalaman kemanusian yang luas. Ada hubungan timbal balik
antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan
pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan
keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan
yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati
yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah. Dalam perkembangan
berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan sumber ilmu, tetapi
sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami
spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup
keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat
agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan
filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu.
Dalam konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk
dikaji dan didalami .
2.
Definisi
Ilmu Pengetahuan
Membicarakan
masalah ilmu pengetahuan beserta definisinya ternyata tidak semudah dengan yang
diperkirakan. Adanya berbagai definisi tentang ilmu pengetahuan ternyata belum
dapat menolong untuk memahami hakikat ilmu pengetahuan itu. Sekarang orang
lebih berkepentingan dengan mengadakan penggolongan (klasifikasi) sehingga
garis demarkasi antara (cabang) ilmu yang satu dengan yang lainnya menjadi
lebih diperhatikan.
Pengertian
ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu
(Admojo, 1998). Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any
organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama
sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang
fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik,
seperti metafisika.
Adapun
beberapa definisi ilmu menurut para ahli diantaranya adalah :
·
Mohamad
Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan
hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut
kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
·
Ralph
Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional,
umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
·
Karl
Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan
konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
·
Ashley
Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu
sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan
hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
·
Harsojo
menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan
suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu
dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya
dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan
sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk
menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika …. maka “.
·
Afanasyef,
menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia
mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang
ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
Berdasarkan
definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan
pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun,
baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah
informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan
mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi
kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan
kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena
kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu.
Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan
berdasarkan pengalaman belaka.
Pembuktian
kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau rasional atau menggunakan
logika deduktif. Premis dan proposisi sebelumnya menjadi acuan berpikir
rasionalisme. Kelemahan logika deduktif ini sering pengetahuan yang diperoleh
tidak sesuai dengan fakta. Secara lebih jelas ilmu seperti sapu lidi, yakni
sebagian lidi yang sudah diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian
diikat, sehingga menjadi sapu lidi. Sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang
masih berserakan di pohon kelapa, di pasar, dan tempat lainnya yang belum
tersusun dengan baik.
3.
Objek
Ilmu Pengetahuan
Ilmu
adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya kumpulan ilmu adalah
pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material
dan objek formal. Setiap bidang ilmu baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat
harus memenuhi ke dua objek tersebut.
Objek
material adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran (Gegenstand), sesuatu
hal yang diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari. Objek material mencakup
hal konkrit misalnya manusia,tumbuhan, batu ataupun hal-hal yang abstrak
seperti ide-ide, nilai-nilai, dan kerohanian. Objek formal adalah cara
memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh peneliti terhadap objek
materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal dari suatu
ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama
membedakannya dari bidang-bidang yang lain. Satu objek material dapat ditinjau
dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda.
4.
Dasar
Ilmu
Ada
tiga dasar ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dasar ontologi ilmu
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia.
Jadi masih dalam jangkauan pengalaman manusia atau bersifat empiris. Objek
empiris dapat berupa objek material seperti ide-ide, nilai-nilai, tumbuhan,
binatang, batu-batuan dan manusia itu sendiri.
Ontologi
merupakan salah satu objek lapangan penelitian kefilsafatan yang paling
kuno. Untuk memberi arti tentang suatu objek ilmu ada beberapa asumsi
yang perlu diperhatikan yaitu asumsi pertama adalah suatu objek bisa
dikelompokkan berdasarkan kesamaan bentuk, sifat (substansi), struktur atau komparasi
dan kuantitatif asumsi. Asumsi kedua adalah kelestarian relatif artinya ilmu
tidak mengalami perubahan dalam periode tertentu (dalam waktu singkat). Asumsi
ketiga yaitu determinasi artinya ilmu menganut pola tertentu atau tidak terjadi
secara kebetulan. Epistemologi atau teori pengetahuan yaitu cabang filsafat
yang berurusan dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan,
pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Sebagian
ciri yang patut mendapat perhatian dalam epistemologi perkembangan ilmu pada
masa modern adalah munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan.
Pandangan itu merupakan kritik terhadap pandangan Aristoteles, yaitu bahwa ilmu
pengetahuan sempurna tak boleh mencari untung, namun harus bersikap
kontemplatif, diganti dengan pandangan bahwa ilmu pengetahuan justru harus
mencari untung, artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi ini
.
Dasar
aksiologi berarti sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh, seberapa besar sumbangan ilmu bagi kebutuhan umat
manusia. Dasar aksiologi ini merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia
karena dengan ilmu segala keperluan dan kebutuhan manusia menjadi terpenuhi
secara lebih cepat dan lebih mudah. Berdasarkan aksiologi, ilmu terlihat jelas
bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah
sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa
yang dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan
etika dan estetika. Etika mengandung dua arti yaitu kumpulan pengetahuan
mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan merupakan suatu predikat yang
dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan atau manusia-manusia
lainnya. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan
yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya.
5. Prosedur Pencarian Ilmu
Salah
satu ciri khas ilmu pengetahuan adalah sebagai suatu aktivitas, yaitu sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh manusia. Ilmu menganut pola
tertentu dan tidak terjadi secara kebetulan. Ilmu tidak saja melibatkan
aktivitas tunggal, melainkan suatu rangkaian aktivitas, sehingga dengan demikian
merupakan suatu proses. Proses dalam rangkaian aktivitas ini bersifat
intelektual, dan mengarah pada tujuan-tujuan tertentu.
Disamping
ilmu sebagai suatu aktivitas, ilmu juga sebagai suatu produk. Dalam hal ini
ilmu dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang merupakan hasil berpikir
manusia. Ke dua ciri dasar ilmu yaitu ujud aktivitas manusia dan hasil
aktivitas tersebut, merupakan sisi yang tidak terpisahkan dari ciri ketiga yang
dimiliki ilmu yaitu sebagai suatu metode. Metode ilmiah merupakan suatu
prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan
tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan
yang telah ada. Perkembangan ilmu sekarang ini dilakukan dalam ujud eksperimen.
Eksperimentasi ilmu kealaman mampu menjangkau objek potensi-potensi alam yang
semula sulit diamati.Pada umumnya metodologi yang digunakan dalam ilmu kealaman
disebut siklus-empirik. Ini menunjukkan pada dua hal yang pokok, yaitu siklus
yang mengandaikan adanya suatu kegiatan yang dilaksanakan berulang-ulang, dan
empirik menunjukkan pada sifat bahan yang diselidiki, yaitu hal-hal yang dalam
tingkatan pertama dapat diregistrasi secara indrawi. Metode siklus-empirik
mencakup lima tahapan yang disebut observasi, induksi, deduksi, eksperimen, dan
evaluasi. Sifat ilmiahnya terletak pada kelangsungan proses yang runut dari
segenap tahapan prosedur ilmiah tersebut, meskipun pada prakteknya tahap-tahap
kerja tersebut sering kali dilakukan secara bersamaan.
6. Pembahasan
Sebelum
penjabaran tentang perbedaan pengetahuan dan ilmu pengetahuan, perlu diuraikan
tentang pengertian pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Tujuannya adalah untuk
memudahkan dalam mendalami perbedaan antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
a)
Pengetahuan
Secara
etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge.Dalam Encyclopedia
of Philosophy dijelaskan bahwa difinisi pengetahuan adalah kepercayaan
yang benar (knowledge is justified true belief).
Sedangkan
secara terminologi definisi pengetahuan ada beberapa definisi.
1. Pengetahuan adalah apa yang
diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil
dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah
semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu.
2. Pengetahuan adalah proses kehidupan
yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam hal ini
yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri
sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada
dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.
3. Pengetahuan adalah segenap apa yang
kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya ilmu, seni
dan agama. Pengetahuan ini merupakan khasanah kekayaan mental yang secara
langsung dan tak langsung memperkaya kehidupan kita.
Pada
dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala
perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat
berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek
yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal, atau yang bersangkutan dengan
masalah kejiwaan.
Pengetahuan
adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik
maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupacommon
sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan
berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan
pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat
cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan
ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian
pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan
pengalaman belaka.
Ruang
Lingkup pengetahuan secara ontologi, epistomologi dan aksiologi ada tiga yaitu
Ilmu, Agama dan Seni pada skema berikut :
Pengetahuah
(ontology,epistemology,aksiologi)
|
Agama,transcendental,pesan
etika,moral,(pendidikan moral pikiran dan pekerti)
|
Seni, subjektif, beri makna pada
objek (emosi dan pikiran), komunikatif,deskriptif ruanglingkup terbatas
|
Ilmu
Lingkup
pengalman, objektif, memahami apa adanya,umum dan impersonal konsisten
|
b)
Ilmu
Pada
prinsipnya ilmu merupakan usaha untuk mengorganisir dan mensitematisasikan
sesuatu. Sesuatu tersebut dapat diperoleh dari pengalaman dan pengamatan dalam
kehidupan sehari-hari. Namun sesuatu itu dilanjutkan dengan pemikiran secara
cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode. Ilmu dapat merupakan
suatu metode berfikir secara objektif (objective thinking), tujuannya
untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Ini diperoleh
melalui observasi, eksperimen, dan klasifikasi. Analisisnya merupakan hal yang
objektif dengan menyampingkan unsur pribadi, mengedepankan pemikiran logika,
netral (tidak dipengaruhi oleh kedirian atau subjektif). Ilmu sebagai milik
manusia secara komprehensif yang merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap
dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu sejauh
jangkauan logika dan dapat diamati panca indera manusia.
Ilmu
adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya kumpulan ilmu adalah
pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material
dan objek formal. Setiap bidang ilmu baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat
harus memenuhi ke dua objek tersebut. Ilmu merupakan suatu bentuk aktiva yang
dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu lebih lengkap dan lebih
cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian serta suatu kemampuan
yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya.
Ada
tiga dasar ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dasar ontologi ilmu
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia.
Jadi masih dalam jangkauan pengalaman manusia atau bersifat empiris. Objek
empiris dapat berupa objek material seperti ide-ide, nilai-nilai, tumbuhan,
binatang, batu-batuan dan manusia itu sendiri.
Pada
umumnya metodologi yang digunakan dalam ilmu kealaman disebut siklus-empirik.
Ini menunjukkan pada dua macam hal yang pokok, yaitu siklus yang mengandaikan
adanya suatu kegiatan yang dilaksanakan berulang-ulang, dan empirik yang
menunjukkan pada sifat bahan yang diselidiki, yaitu hal-hal yang dalam
tingkatan pertama dapat diregistrasi secara indrawi. Metode siklus-empirik
mencakup lima tahapan yang disebut observasi, induksi, deduksi, eksperimen, dan
evaluasi. Sifat ilmiahnya terletak pada kelangsungan proses yang runut dari
segenap tahapan prosedur ilmiah tersebut, meskipun pada prakteknya tahap-tahap
kerja tersebut sering kali dilakukan secara bersamaan (Soeprapto, 2003).
Ilmu
dalam usahanya untuk menyingkap rahasia-rahasia alam haruslah mengetahui
anggapan-anggapan kefilsafatan mengenai alam tersebut. Penegasan ilmu
diletakkan pada tolok ukur dari sisi fenomenal dan struktural.
Dimensi
Fenomenal.
Dalam
dimensi fenomenal ilmu menampakkan diri pada hal-hal berikut :
1. Masyarakat yaitu suatu masyarakat
yang elit yang dalam hidup kesehariannya sangat konsern pada kaidah-kaidah
universaI, komunalisme, disinterestedness, dan skeptisme yang terarah dan
teratur
2. Proses yaitu olah krida aktivitas
masyarakat elit yang melalui refleksi, kontemplasi, imajinasi, observasi,
eksperimentasi, komparasi, dan sebagainya tidak pernah mengenal titik henti
untuk mencari dan menemukan kebenaran ilmiah.
3. Produk yaitu hasil dari aktivitas
tadi berupa dalil-dalil, teori, dan paradigma-paradigma beserta hasil
penerapannya, baik yang bersifat fisik, maupun non fisik.
Dimensi
Struktural
Dalam
dimensi struktural ilmu tersusun atas komponen-komponen berikut
1. Objek sasaran yang ingin diketahui
2. Objek sasaran terus menerus
dipertanyakan tanpa mengenal titik henti
3. Ada alasan dan dengan sarana dan
cara tertentu objek sasaran tadi terus menerus dipertanyakan
4. Temuan-temuan yang diperoleh
selangkah demi selangkah disusun kembali dalam satu kesatuan sistem.
Ilmu
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu Ilmu Pengetahuan Abstrak, Ilmu
Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Humanis.
Secara
rinci seperti skema di bawah ini.
ilmu
|
Ilmu
pengetahuan humanis
The
natural sefences
Piskologi
|
Ilmu
pengetahuan (abstrak)
The
abstraet sefences
|
Ilmu
pengetahuan alam
The
natural sefences
fisika
|
Berdasarkan
skema di atas terlihat bahwa ilmu melingkupi tiga bidang poko yaitu ilmu
pengetahuan abstrak, ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan humanis. Ilmu
pengetahuan abstrak meliputi metafisika, logika, dan matematika. Ilmu
pengetahuan alam meliputi Fisika, kimia, biologi, kedokteran, geografi, dan
lain sebagainya. Ilmu pengetahuan humanis meliputi psikologi, sosiologi,
antropologi, hukum dan lain sebagainya.
Kesimpulan
Berdasarkan
uaraian di atas dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan prinsip antara ilmu
dengan pengetahuan. Ilmu merupakan kumpulan dari berbagai pengetahuan, dan
kumpulan pengetahuan dapat dikatakan ilmu setelah memenuhi syarat-syarat objek
material dan objek formal
2. Ilmu bersifat sistematis, objektif
dan diperoleh dengan metode tertentu seperti observasi, eksperimen, dan
klasifikasi. Analisisnya bersifat objektif dengan menyampingkan unsur pribadi,
mengedepankan pemikiran logika, netral (tidak dipengaruhi oleh kedirian atau subjektif).
3. Pengetahuan adalah keseluruhan
pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik,
pengetahuan merupakan informasi yang berupa common sense, tanpa
memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan
tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini
landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan
tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji
lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and
error dan berdasarkan pengalaman belaka
4. Dalam penulisan karangan ilmiah atau
penulisan lainnya harus dibedakan antara ilmu dengan pengetahuan, agar
kekaburan makna dari kata tersebut tidak terjadi.
5. Penggabungan kata ilmu dengan
pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan berkonotasi ganda, sehingga dalam
penulisannya cukup dipakai salah satu kata sesuai dengan maknanya.
0 Komentar untuk "perbedaan ilmu dengan pengetahuan"