PENGHANCURAN POLITIK ISLAM MELALUI PROPAGANDA ILMU

1.               SEJARAH ISLAM DAN ERA YANG DI HADAPAI
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antarbangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antarnegeri sekitar abad ke-1-7 M. Saat itu, para pedagang Muslim Arab, Persia, dan India, Tiongkok mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat maupun jalan laut untuk berdagang.
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antar negara pun mulai kabur. Hal ini, tentunya akan membawa pengaruh yang sangat signifikan terhadap orientasi dakwah. Untuk mendukung hal tersebut kajian-kajian syariat perlu disejajarkan dengan kajian-kajian non syariat yang merujuk kapada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena perkembangan teknologi terutama perkembangan teknologi komunikasi tidak hanya mempengaruhi satu bidang kehidupan masyarakat  melainkan hampir mempengaruhi seluruh bidang kehidupan. Oleh sebab itu, selain  memanfaatkan perkembangan teknologi itu sendiri dakwah juga diharapkan sebagai penyeimbang terhadap akibat dari perkembangan teknologi itu sendiri. Keragaman hidup duniawi, serbuan berbagai nilai yang bersifat hedonisme dan konsumerisme dakwah dapat memberikan arahan  dan bimbingan agar umat tidak mengalami disorientasi dalam rumah peradaban dunia yang penuh dinamika.
Dengan demikian menurut pemakalah perlu di adakan kajian kembali yang lebih komprehensif tentang makna globalisasi, sejarah globalisasi, bentuk-bentuk globalisasi, serta sampai di mana  besarnya pengaruh globalisasi terhadap dunia Islam. Munculnya era globalisasi ini merupakan tantangan dalam dunia dakwah, mau atau tidak semua manusia akan mengalaminya. Nah, untuk mengarungi postmodernism ini, dibutuhkan langkah-langkah yang konkrit dan sistematik untuk di jadikan sebagai acuan hidup yang di harapkan mampu mengembalikan manusia kepada maksud dan tujuan ia di ciptakan, dengan memanfaatkan kemajuan dunia globalisasi. Tentunya pasti akan ada rintangan-rintangan serta hambatan yang harus di hadapi, karena tidak semua kemajuan yang ada di era globalisasi ini di terima oleh ajaran Islam. Maka untuk lebih spesifik, perlulah kiranya kita memahami tantangan-tantangan tersebut yang akan di sajikan dalam bentuk GLOBALISASI DAN TANTANGAN DAKWAH.
A.             GLOBALISASI DAN TANTANGANNYA TERHADAP DAKWAH ISLAMIYAH

Al-Aulamah (globalisasi) merupakan istilah yang di perhalus dari penjajahan baru. Globalisasi dalam bentuknya yang paling jelas dewasa ini mempunyai maksud westernisasi dunia atau dengan ungkapan lain : Amerikanisasi dunia. Istilah yang sangat gencar di kampanyekan ini merupakan keharusan pengawasan dalam bidang politik, ekonomi, kebudayaan dan sosial yang di lakukan oleh Amerika terhadap dunia, khususnya dunia Islam. Maka dalam bab ini akan di bahas tentang globalisasi poltik, globalisasi ekonomi, globalisasi kebudayaan, globalisasi agama berikut tantangan-tantangannya dalam dunia dakwah.
a.               Globalisasi Politik
            Di tinjau dari lingkungan nasional kondisi persatuan dan kesatuan bangsa dapat di katakana mengalamai perubahan yang sangat signifikan. Globalisasi politik ini dapat mengakibatkan ancaman dalam bentuk subversi asing yang ingin memaksakan kehendak politknya yang bertentangan dengan ideologi setiap bangsa. Hal ini akan memicu loyalitas masyarakat terhadap bangsa menjadi berkurang. Tujuan dari pada globalisasi politik ini sebenarnya ingin menjadikan dunia dalam satu kekuasaan yang akan di kendalikan oleh Negara yang memiliki kekuatan super power, tentun saja dalam hal ini adalah Amerika. Adanya kekuatan super power ini, semua Negara-negara di paksa untuk ikut dalam semua peraturan yang di tentukannya. Secara signifikan globalisasi sebenarnya telah melemahkan Negara. Kedaulatan Negara menjadi kabur. Karenanya kapasitas Negara sebagai aktor utama dalam hubungan internasional dan sebagai kekuatan domestik untuk mensejahterakan rakyat semakin di pertanyakan. Di tingkat  internasional  secara substansional Negara melemah karena pergesaran pertanyaan dari : Apa itu Negara, dan menjadi siapa itu Negara?. Hal ini terutama di sebabkan oleh fakta bahwa Negara dalam politik domestik dan internasional lebih banyak mewakili dan memperjuangak kepentingan pemegang otoritas (keluarga, kelompok dan sebagainya yang secara kasat mata termanifestasi di publik domestik dan dunia) dari pada kepentingan seluruh warga Negara yang ada di wilayahnya yang menjadi sebab adanya negara tersebut. Di samping itu pemerintah yang memegang otoritas Negara sering kali takluk dengan kepada kepentingan bisnis transnasional dan domestik serta tunduk kepada massa yang mengendalikan poltik yang memiliki kapasitas untuk mobilisasi kekerasan dan kejahatan. Munculnya kekuatan-kekuatan non-pemerintah yang memiliki jaringan mulai dari tingkat lokal sampai tingkat global yang juga mempengaruhi kebijakan dan tata kelola pemerintah mulai dari sub-nasional, nasional, regional sampai kepada global. Organisasi-0rganisasi ini juga sering terlibat dalam diplomasi untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat dan kepentingan tertentu. Bahkan mereka bergandengan tangan dengan aktor-aktor tertentu dalam kanca diplomasi internasional. Karena itu pemisahan antara aktor Negara dan non-negara dalam era globalisasi mengaburkan batas tertorial dan batas pengaruh suatu bangsa.
Perdebatan yang paling besar dalam dunia politik adalah berkenaan dengan nasib Negara atau bangsa modern, beberpa pertanyaan yang perlu di ajukan adalah :
1.         Sebab-sebab politik apakah yang mendorong arus massif capital, uang, dan teknologi melintasi batas-batas territorial?
2.         Apakah arus ini merupakan tantangan yang serius terhadap keberdayaan nationstate?
3.         Bagai manakah dampak munculnya oraganisasi-organisasi intergovernmentalterhadap konsep kedaulatan Negara dan bagai mana prospek global governance?
           
Dalam merumuskan jawaban di atas menurut Subhihar dan Indra K, ada empat pendapat yang berbeda-beda.
            Pertama,  mereka mengaggap bahwa globalisasi merupakan proses yang secara instrinsik berkaitan dengan ekspansi pasar. Secara lebih khusus, kemajuan pesat dalam teknologi komputer dan sistem komunikasi seperti jaringan lintas dunia  di pandang sebagai kekuatan utama yang bertanggungjawab atas terciptanya pasar global. Menurut pandangan ini politik nyaris tanpa daya di hadapan truk besar teknoekonomi yang tak terhalau yang akan melabrak upaya pemerintah mengintroduksi kembali kebijakan dan aturan-aturan yang restriktif. Pembagian wilayah tidak lagi relevan dengan masyarakat, Negara tidak lagi mampu menderminasi arah kehidupan social dalam batas-batas wilayah mereka. Negara dalam pendisplinan pasar global semakin kerdil kemampuannya dalam mengontrol nilai tukar dan memproteksi mata uangnya.
            Kedua, Menampik anggapan bahwa perubahan ekonomi skala besar semata terjadi dalam masyarakat sebagai sesuatu yang alamiah seperti misalnya gempa bumi. Melainkan mereka menyoroti peran sentarl politik khususnya mobiltas kekuasaan politik dalam menebarkan jaringan-jaringan diseminasi globalisasi. Jika bentuk globalisasi ekonomi di tentukan oleh politik maka preferensi politik yang berbeda akan menghasilkan kondisi sosial yang berbeda pula.
            Ketiga, Glibalisasi adalah sebagai akibat dari perpaduan antara faktor politik dan teknologi. Pembiakan teknologi baru yang cepat dan tak dapat di elakkan merambah ke seluruh penjuruh dunia yang membuat modernisasi masyarakat dunia yang di bombing oleh teknologi menjadi sebuah takdir sejarah. Namun tidak ada Negara yang memiliki kekuatan hegemoni yang mewujudkan pasar bebas sejagat. Dunia akan runtuh tatkala keseimbangannya tidak lagi dapat di pertahankan. Karena itu, perang perdagangan akan membuat kerjasama inteernasional akan lebih sulit.
            Keempat, Ilmuwan politik seperti Held dan Falk dalam tulisan-tulisan mereka mengartikulasikan perlu adanya global governance sebagai konsekuensi logis proses globalisasi. Keduanya menggambarkan bahwa globalisasi telah mengikis pemerintah nasional. Held menawarkan munculnya bentuk demokrasi multi lapis yang bercita-cita pada cosmopolitan barat, pengaturan hukum internasional dan jaringan luas yang menghubungkan antara berbagai institusi kepemerintahan dan non kepemerintahan.  Tantangan yang paling berat di lingkungan dakwah adalah karena seorang da’i harus berhadapan dengan aktor utama yaitu pemerintah yang tidak menjalankan fungsinya untuk memenuhi kepentigan masyarakat atau rakyatnya. Karena pemerintah yang membuat undang-undang, kebijakan, perjanjian dengan Negara-negara lain atau lembaga-lembaga internasional. Masuknya informasi-informasi dari luar tanpa adanya penyaringan sehingga akan membahayakan martabat dan moral bangsa, masyarakat tidak merasa lagi memiliki Negara karena ia milik global. Seruan akan adanya kebebasan antara kaum pria dan wanita di kanca politk dunia makin menunjukan pamornya. Undang-undang Internasional yang di sebut globalisasi itu kembali memperlihatkan kekuatannya meiliter, hancurnya dunia Islam itu karena gencarnya Negara-negara barat untuk mangatur peraturan global dunia sehingga mereka dengan leluasanya menyerang dunia Islam kapan saja mereka mau bahkan mereka juga mampu mambasmi gerakan-gerakan Islam yang berada di dunia Islam. Ini menunjukan bahwa Islam sudah tidak memiliki nyali lagi di mata dunia. Penangkapan para aktifis dakwah Islam kian berani di mana-mana dengan dalih bahwa mereka adalah teroris, pada hal semua itu tidak memiliki bukti yang kuat, bahka kalau di telusuri lebih konkrit ternyata merekalah yang berada di balik kejahatan yang berada di dunia Islam selama ini.

b.               Globalisasi Ekonomi
Globalisasi ekonomi menimbulkan masalah-masalah yang bersifat global pula. Masalah globalisasi dalam tatanan ekonomi nasional Indonesia dapat dilihat dari dua sudut pandang: dampak globalisasi terhadap kondisi internal dan dampak globalisasi terhadap kondisi eksternal. Bentuk dampak pada kedua sisi ini pun dapat berupa dampak positif dan dampak negatif.
Dalam hal dampaknya pada kondisi internal, globalisasi dapat mengubah pola perilaku pelaku ekonomi dalam proses produksi di satu pihak dan perubahan struktural ekonomi serta kebijakan ekonomi pemerintah di lain pihak. Perubahan dalam proses produksi antara lain dapat meliputi efisiensi dan intensifikasi penggunaan faktor produksi, bertambahnya frekuensi perdagangan dan investasi pada sektor-sektor yang dapat diperdagangkan (tradeable), serta berkembangnya industri nasional yang kompetitif. Sedangkan perubahan struktural yang mungkin terjadi dapat meliputi perubahan dalam sektor ekonomi dan orientasi sektor tradisional kepada sektor ekonomi modern. Perkembangan ini membawa implikasi pada perubahan kebijakan ekonomi mikro perusahaan, makro ekonomi, kebijakan pasar, dan lain-lain.
Perubahan pada kondisi eksternal, dapat meliputi perubahan dalam kebijakan perdagangan dan investasi internasional, sistem moneter internasional, dan hubungan ekonomi internasional lainnya. Perubahan-perubahan yang terjadi ini selanjutnya tidak lagi dapat diidentifikasikan sebagai kegiatan nasional, melainkan sudah bersifat global. Selain dampak globalisasi pada aspek ekonomi, globalisasi dapat pula menimbulkan perubahan pada bidang non-ekonomi, seperti dalam sektor pendidikan, kesehatan, kependudukan, dan lingkungan hidup.
Positif  atau negatifnya dampak yang ditimbulkan dengan adanya perubahan-perubahan itu sangat tergantung pada kemampuan daya saing produk yang dihasilkan, kualitas sumber daya manusia, kemampuan adaptasi, dan kebijakan pemerintah. Apabila faktor-faktor ini dimiliki oleh suatu perekonomian, maka walaupun globalisasi dapat menghasilkan berbagai perubahan perekonomian suatu negara, globalisasi justru dapat memberikan keuntungan bagi perekonomian itu sendiri.
Dampak globalisasi ekonomi cenderung akan menghasilkan kondisi eksternal negatif jika perekonomian kita tidak dapat bersaing dan tetap ifisien. Adanya eksternalitas negatif ini merupakan akibat dari ketidakmampuan pelaku ekonomi nasional dalam memperebutkan peluang pasar dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber perekonomian nasional. Hal ini terutama karena kekuatan dan daya saing ekonomi nasional kita masih lemah. Kurangnya daya saing ini terutama disebabkan karena kelemahan implementasi kebijakan protektif pemerintah selama lebih dari tiga dekade. Seperti yang banyak kita ketahui, industri kita – terutama manufaktur banyak yang memulai infant industry-nya di proses produksi hilir yang diproteksi oleh kebijakan pemerintah seperti perakitan mobil dan penguliran pipa misalnya. Sayangnya implementasi kebijakan protektif tersebut tidak dibarengi dengan suatu kondisi yang dapat ‘memaksa’ pelaku industri untuk menginvestasikan hasil keuntungannya ke proses produksi hulu. Para pelaku industri justru banyak yang menginvestasikan hasil keuntungan dari kebijakan protektif tersebut ke jenis industri lain yang juga di proses produksi hilir. Akibatnya sampai sekarang industri kita masih bergantung pada import resources untuk input produksinya; baik itu humanwaretechnowareinfowareorgaware, maupun pendanaan. Industri kita hanya mampu membuat barang “made in Indonesia” tetapi bukan “made by Indonesians” karena ‘ruh’ teknologinya belum dikuasai penuh. Krisis multi dimensi yang masih berlanjut hingga saat ini, walaupun intensitasnya berkurang, dapat memperparah kerentanan ekonomi nasional. Proses pemulihan ekonomi kita relatif lamban dibandingkan negara-negara Asia lain seperti Thailand, Malaysia, dan Korea Selatan. Negara-negara ini secara umum telah pulih dari krisis yang dialaminya. Oleh karena itu, dalam keadaan ekonomi nasional yang semakin terintegrasikan dengan tatanan ekonomi dunia pada abad 21, kondisi yang diperlukan adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan setiap perkembangan yang terjadi, dalam pengertian dapat memanfaatkan dengan baik peluang yang muncul dan menangkal dampak negatifnya. Langkah penyesuaian ini harus dilakukan dalam bentuk kebijaksanaan makro, sektoral, serta mikro yang adil dan merata. Selain itu diperlukan juga penyusunan rumusan skenario kebijakan ekonomi nasional agar eksternalitas negatif dari globalisasi dapat diminimalkan, bahkan mengubahnya menjadi peluang-peluang (opportunities).
Maka globalisasi pada akhirnya akan menggilas perekonomian nasional karena ketatnya persaingan dengan pelaku ekonomi dari luar di hampir seluruh kegiatan ekonomi. Tergilasnya ekonomi dapat menimbulkan krisis ekonomi babak kedua yang akan menyebabkan semakin besarnya tingkat kemiskinan dan ketimpangan pendapatan masyarakat, tingginya tingkat pengangguran, kompetisi yang tidak sehat antar pelaku ekonomi, dan memperparah kerusakan lingkungan hidup.

c.                Globalisasi Kebudayaan
 Para budayawan melihat bahwa budaya pada awlannya suatu yang inedpenden bagi setiap bangsa, namun sejak kemajuan budaya terutama dibidang teknologi komunikasi, budaya tidak lagi bersifat independen, kini yang terjadi adalah munculnya hegemoni budaya, yang melahirkan satu bangsa dengan multi budaya. Lajunya kebudayaan material terutama dalam segi material seperti kebutuhan hidup,teknologi, barang atau perlengkapan terlebih sejak ditemukannya mikro prosesor pertama 1971 yang dibantu oleh penemuan PC pertama 1975 dan internet 1993 pilarpilar budaya local semakin rapuh. Jauh sebelum itu tahun 1920 angaya Jazz dengan rambut pendek kaum wanita saja sudah dapat merambah dunia. Apalagi dengan adanya instrumen seperti internet tahun 1997 an dapat dibayangkan kecepatan asimilasi dan akulturasi semakin laju.
Dari sudut sosiol, seperti diungkap terdahulu pengaruh industrialisasi telahmenggeser keluarga. Artinya nilai-nilai keluarga terkubur dengan nilai factory dan pabrik, bagaimana jadinya jika setiap anggota keluarga bebas menerima informasi tanpa batas, tentusaja format keluarga menjadi berubah, panggilan, keharmonasian, dan kehawatiran juga akan berubah. Di AS karena kehawatiran akan apa yang ditemui anaknya di luar rumah para orang tua telah membudayakan home schooling, sekolah dirumah-rumah sejak tahun 1999.
Selanjutnya, globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi dalam proses ini, negara-negara Dunia Ketiga harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing. Dalam rangka ini, berbagai bangsa Dunia Ketiga haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka.
Manusia harus berhadapan dengan seni yang digunakan untuk menjajahmasyarakat dunia, padahal inilah bermulanya segala masalah. Dalam hal ini, dapat di ambil contoh yaitu industri perfilman Hollywood. Industri ini mengeluarkan 700 film dalam setahun dan mempunyai banyak sekali peminat di seluruh dunia sehingga secara praktis, film telah berubah menjadi sarana penjajahan Amerika. Namun, menurut doktor Bulkhari, masalah ini tidak bisa dilihat hanya dari sudut seni saja. Dalam kasus ini, Barat atau khususnya AS, telah mengunakan seni sebagai alat untuk menyebarkan imperialismenya di dunia. Dalam pandangan peneliti Iran ini, Barat sesungguhnya telah berhasil dalam menciptakan karya seni berkualitas tinggi, namun yang menjadi masalah adalah isi atau kandungan yang disampaikannya.
Secara umum, dari berbagai tema yang dibahas ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar para peneliti di negara-negara Asia dan Islam sepakat bahwa bangsa-bangsa Dunia Ketiga haruslah melepaskan diri dari sikap pasif dalam menghadapi globalisasi. Mereka haruslah berupaya secara aktif mengenalkan potensi-potensi yang tersembunyi di negara-negara Dunia Ketiga, terutama negara-negara Islam, kepada bangsa dan budaya-budaya lain. Bahkan arus globalisasi akan dengan mudah saja mendatangkan musibah kepada seni kita, karena ia sama seperti badai taufan yang mungkin mencabut akar budaya. Tetapi dari sudut pandang yang lain, globalisasi bisa memberikan kesempatan istimewa untuk bangsa-bangsa yang kaya dengan budaya. Seni kita akan tersebar ke luar batas negara dan memberikan pengaruh kepada dunia. Sejarah menyaksikan bahwa pada berbagai era kegemilangan, seni dari Iran, India, dan Italia berkembang sampai ke negara-negara yang jauh. Masalah inilah yang mungkin terjadi hari ini. Karena itu, bangsa Asia yang percaya kepada kekuatan akar budaya mereka tidak perlu takut pada pengaruh asing. Kita harus berusaha untuk memahami bagaimana seni bisa menjadi tameng pertahanan budaya dan tradisi.

d.               Globalisasi dan Tantangan Dakwah
Pada era globalisasi ini kita menyaksikan terjadinya persaingan yang tidak seimbang antara apa yang dikelompokkan sebagai Barat dan Timur, atau Utara dan Selatan. Dari segi ilmu pengetahuan, teknologi dan pandangan hidup, dunia dibagi menjadi Barat dan Timur. Barat untuk negara-negara yang maju ilmu pengetahuan dan teknologinya serta punya pandangan hidup rasional dan sekuler, Timur sebaliknya. Sedangkan dari segi ekonomi, dunia dibagi menjadi Utara dan Selatan. Utara untuk negara-negara yang maju ekonominya, sedangkan Selatan untuk negara-negara berkembang dan terbelakang. Letak geografis sama sekali tidak menjadi pertimbangan. Maroko yang terletak di Barat dimasukkan dalam kelompok Timur, sementara Jepang yang terletak di Timur dmasukkan dalam kelornpok UtaraAustralia yang terletak di Selatan dimasukkan kelompok Utara. Seluruh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), termasuk Indonesia, masuk dalam kelompok negara-negara Timur dan Selatan. Dengan kemajuan teknologi komunikasi yang demikian hebat, masing masinganggota masyarakat dunia dapat bekerja sama, bersaing dan saling mempengaruhi dengan bebas. Sekat-sekat geografis dan jarak yang berjauhan tidak lagi menjadi hambatan. Dari segi ekonomi, setelah pasar bebas ASEAN (AFTA) kita juga menyaksikan pasar bebas Asia Pasifik (APEC) dan terakhir pasar bebas Dunia (WTO). Tetapi karena kekuatan modal, sumber daya manusia, manajemen, teknologi dan industri dikuasai oleh negara-negara Utara. Akibatnya persaingan yang terjadi persaingan yang tidak seimbang. Khusus Indonesia, jangankan untuk tingkat dunia, tingkat ASEAN pun kita kesulitan untuk memenangi persaingan. Begitu juga dari segi budaya dan bermacam-macam ideologi, paham dan gaya hidup akan saling mempengaruhi dengan cepat, mengubah dengan cepat pula tatanan masyarakat. Sekali lagi, walaupun secara teoritis semua anggota masyarakat dunia saling mempengaruhi, karena kekuatan yang tidak seimbang, yang akan menguasai dan memaksakan pandangannya adalah negara-negara Barat. Sebagai ilustrasi, kalau kita pergi ke Eropa atau Amerika, sudah dapat dipastikankita tidak akan dapat menonton acara-acara televisi dari Indonesia. Tetapi sebaliknya jikakita buka stasiun TV Indonesia di mana pun, dengan mudah akan kita dapatkan acara-acara produk Barat. Khusus untuk Indonesia, tidak hanya film-film Hollywood yang mudah kita tonton, bahkan film-film Bollywood dan Amerika Latin pun tidak pernah absen muncul di TV-TV kita! Sadar atau tidak, pengaruhnya sangat besar dalam pertarungan budaya.
Pandangan dan gaya hidup yang bertentangan dengan ajaran Islam akan mempengaruhi anak-anak kita, bahkan mungkin juga orang dewasa. Sebagai akibat dan pertarungan budaya yang tidak seimbang di atas, maka kita dapat menyaksikan terjadinya perubahan-perubahan alam pikiran yang cenderung pragmatis, materialis, dan hedonis, menumbuhkan budaya inderawi (kebudayaan duniawi yang sekuler) dalam kehidupan modern abad ke-20 yang disertai dengan gaya hidup modern memasuki era baru abad ke-21 atau abad ke-15 Hijriah sekarang ini.
Penetrasi budaya dan multikulturalisme yang dibawa oleh globalisasi akan makin nyata dalam kehidupan bangsa. Mau tidak mau, suka tidak suka, setiap negara atau bangsa akan masuk dalam arus globalisasi. Yang tidak dapat berenang akan tenggalam dalam pusaran arus yang sangat deras tersebut. Apalagi negara-negara Barat atau Utara menghendaki globalisasi tentu saja bukan tanpa kepentingan nasional masing-masing, baik ekonomi, budaya maupun ideologi atau paling kurang pandangan hidup.
Dunia Islam yang semuanya tanpa kecuali masuk Timur atau Selatan tentu saja tidak akan mampu menahan laju globalisasi itu, apalagi menghentikannya. Karena itu, globalisasi sudah merupakan realitas sejarah yang tidak dapat ditolak. Globalisasi adalah konsekuensi logis dari kemajuan teknologi komunikasi.
Globalisasi sendiri sebenarnya sejalan dengan ajaran Islam, ajaran atau agama yang diturunkan sebagai rahmat alam semesta. Jika globalisasi digunakan untuk menduniakan nilai-nilai moral islami, baik yang bersifat personal (personal morality)maupun yang publik (public morality), maka kehidupan umat manusia di dunia dapat berjalan dengan tertib, aman, damai dan sejahtera. Ringkasnya, secara normatif globalisasi sebenarnya netral, tergantung siapa dan untuk apa digunakan. Dapatkah umat Islam memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan dakwah Islam? Mungkin banyak yang pesimis, apalagi melihat betapa tidak berdayanya umat Islam menghadapi tekanan negara-negara Barat atau Utara dalam berbagai aspek kehidupan. Invasi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya ke Irak adalah bukti betapa tidak berdayanya umat Islam menghadapi kekuatan negara maju, utamanya AS sebagai satu-satunya super power sekarang ini setelah Uni Soviet runtuh. Pertanyaan yang relevan dan mendesak sekarang ini adalah bukan “dapatkah umat Islam memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan dakwah” tapi “dapatkah umat Islam bertahan menghadapi seranganGlobalisasi?.” Apakah umat Islam akan tenggelam atau masih mampu menggapai-gapaiuntuk sekedar tidak tenggelam atau memperlambat kehancurannya?.
Umat Islam memiliki potensi yang apabila dikelola dengan baik dapat membantusetidaknya pertahanan diri, syukur-syukur mempengaruhi pandangan dan gaya hidupmasyarakat dunia. Kita memiliki: (1) jumlah penduduk Muslim yang besar (1,2 Milyaruntuk dunia Islam, dan sekitar 200 juta untuk Indonesia); (2) sumber daya alam yangsangat menggiurkan negara-negara Barat; (3) pernah mengalami sejarah masa lalu yanggemilang (Indonesia bagian dari imperium Islam yang pernah menguasai sepertigadunia); dan (4) ajaran Islam yang sejalan dan mendorong kemajuan dalam berbagai kehidupan serta memberi pegangan moral yang kuat. Masalahnya, jumlah penduduk dunia Islam baru besar dari segi kuantitas tapi lemah dari segi kualitas. Yang berpendidikan tinggi relatif masih kecil; Indonesia misalnya, masih di bawah 10 %. Lemahnya kualitas sumber daya manusia itu berakibat lemahnya penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam, belum lagi mental korup para penguasa dan pengelola kekayaan alam. Selain itu berakibat tidak adanya persatuan umat Islam dunia dalam arti yang sebenarnya.
Memang ada beberapa organisasi dunia Islam, baik yang bersifat resmi antar-pemerintah (seperti OKI) ataupun yang swasta (seperti Rabithah 'Alam Islami), tetapi belum efektif disebabkan berbagai kepentingan atau ego para pemimpinnya. Belum lagi pada dataran umat, banyaknya aliran teologi, mazhab fikih, organisasi massa, dan partai politik terkadang bisa menyebabkan kekuatan umat menjadi tidak ada berarti. Umat Islam juga kerap tidak banyak belajar dari sejarah. Buku-buku sejarah Islam dipenuhi oleh kisah-kisah suksesi para penguasa, bukan kisah-kisah kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan. Padahal tidak jarang suksesi itu terjadi secara berdarah, yang oleh sebagian pengikut setia aliran atau kelompok tertentu luka lamanya itu dipelihara hingga sekarang bahkan diwariskan turun-temurun. Tentu saja penyebab semua masalah di atas adalah semakin jauhnya umat Islamdari ajaran Islam. Padahal ajaran Islam dalam sejarah sudah terbukti memberikan kekuatan yang luar biasa dengan kekomprehensifan, keseimbangan, menghidupkan dan berpandangan jauh kedepannya. Bangsa Arab sebagai contoh, tanpa Islam merekahanyalah suku-suku nomaden yang sama sekali tidak diperhitungkan dunia. Tetapi denganIslam mereka ke luar dari jazirah Arabia mengalahkan dua imperium raksasa waktu itu(Romawi dan Persia) hingga menguasai sepertiga dunia.
Mari kita lihat sekarang, tatkala banyak negara Timur Tengah mengusung ideologi arabisme dan sosialisme atau sekulerisme dengan meninggalkan Islam, mereka menjadi bulan-bulanan Amerika dan sekutunya tanpa dapat berbuat apa-apa. Sejarah Turki juga dapat menjadi pelajaran bagi kita, bahwa tanpa Islam, Turki hanyalah sebuah negara berkembang yang banyak utang dengan laju inflasi yang sangat tinggi pula. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan di atas, dan mengatasi kelemahan-kelemahan yang dihadapi dalam rangka menghadapi tantangan globalisasi, salah satu alternatifnya adalah menguatkan dakwah Islam baik dari segi materi, pesan yang disampaikan maupun dari segi motode yang digunakan. Dakwah Islam tidak boleh hanya menyentuh kulit-kulit ajaran Islam semata, tetapi juga masuk ke inti dan esensi ajarannya. Karena ajaran Islam bersifat komprehensif, maka dakwah Islam pun haruslah bersifat komprehensif. Pemahaman dan penerapan Islam secara parsial menyebabkan kekuatan agama ini tidak kelihatan bahkan tidak efektif. Untuk ini, metode dakwah harus diperbarui agar sesuai dengan perkembangan zaman.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dakwah tidak hanya terbatas menggunakan media tradisional (mimbar) tapi juga menggunakan multimedia. Begitu juga jaringan dakwah harus diperkuat, kerja sama antar lembaga dakwah dunia harus ditingkatkan. Perbedaan-perbedaan aliran, mazhab atau pendekatan dakwah harus disikapi secara bijak. Lakukanlah kerja sama dalam hal-hal yang disepakati, bertoleransilah dalam hal-hal yang berbeda pendapat!Selain itu pendidikan tidak boleh diabaikan. Ini adalah aspek paling penting dalammeningkatkan kualitas sumber daya manusia. Umat Islam harus dapat memadukan dua sumber ilmu yang dua-duanya berasal dan Allah: ilmu-ilmu kewahyuan dan ilmu-ilmu kealaman. Khazanah Islam digali, kemajuan ilmu pengetahuan Barat dimanfaatkan. Sistem pendidikan diperbarui dan disempurnakan. Disamping problem di atas yang tak kala pentingnya ialah peran media, sebagai suatu contoh ratio perbandingan masyarakat yang membaca Koran ternyata lebih rendah daripada menonton televise atau internet Di samping itu serbuan serbuan informasi dari berbagai media massa ternyata melebihi kapasitas ingatan manusia sehingga khalayak terbebani. Asumsi ini tidak berlebihan sebagaimana ditulis oleh Neuman, bahwa setiap hari televisi memperlihatkan 3.600 image permenit, radio rata menyiarkan kata-kata 100 kata permenit, dan internet menyajikan rata-rata 150.000 perhari.
Pada saat televise mengangkat realitas sosial dalam berbagai film (sinetron)  dan telenovela maka kekuatan televis dan kekuatan masyarakat terakumulasi ke dalam pengaruh yang luar biasa terhadap media telvisi itu sendiri. Hal ini terlihat dengan begitu besar kegemaran masyarakat terhadap media televisi serta secara fungsional televisi telah terstuktur dalam masyarakat. Konvergensi perusahaan media juga melahirkan grup media yang dapat memanfaatkan penyebaran berita dalam membentuk opini untuk disebarkan ke berbagai jenis media yang berbeda di bawah naungan grupnya. Sebuah grup MNC di bidang media seperti CNN yang sering jadi rujukan media masa dunia, atau MNC di Indonesia, misalnya, yang menaungi beberapa media TV, radio, surat kabar, internet dll. Sehingga  melalui media massa dapat membentuk realitas kehidupan masyarakat sejalan dengan kapitalis neo liberalism. Di era globaisasi saat ini media massa mempunyai peranan penting dalam membentuk pola hidup masyarakat. Media massa berlomba-lomba menyuguhkan acara atau pemberitaan tertentu yang dapat menarik minat khalayak, sesuai dengan fungsi media massa sebagai media informasi, media pendidikan dan hiburan. Bahkan dewasa ini media massa dikategorikan sebagai The Third Power (kekuatan atau kekuasaan ke tiga) setelah money (uang) dan power (kekuasaan) itu sendiri. Dengan demikian para penguasa ekonomi (baca konglomerat) dan penguasa negara berlomba-lomba untuk mendirikan media atau membeli perusahaan media yang ada. Pencitraan (image) telah menjadi mode bagi kalangan politisi dewasa ini, lihat dalam kampanye calon legislatif dan calon presiden telah memanfaatkan media massa dalam kampanye mereka. Shirly Biagy menyatakan bahwa dana kampanye banyak dihabiskan melalui media massa terutama televisi. Disengaja atau tidak arus informasi internasional yang dikuasai oleh kecanggihan teknologi komunikasi kini kelihatan didukung oleh konsep kebebasan informasi menurut pandangan barat (filsafat liberalism).  Perkembangan teknologi komunikasi juga mengakibatkan perubahan institusi seperti perubahan lembaga-lembaga pendidikan, munculnya system pendidikan Jarak Jauh atau terbuka, e-learning, distance and open learning dll. Dalam bidang ekonomi dan perdagangangan, dengan munculnya e- Banking, e-comers, e-money, dan resesvasi tiket pesawat dan hotel melalui internet. Dalam bidang dakwah sudah muncul cyber dakwah, dakwah on line, situs I Love Islam, dan life style.  Konsekuensi dari semua itu media massa yang dulunya adalah lembaga social sekarang berkembang menjadi institusi industri yang umumnya  berorientasi  kepada profit.
Media massa dengan kecanggihan teknologinya saat ini lebih memudahkan proses penyebaran dakwah. Paul Lazarsfeld dan Robert K Merton juga melihat media dapat menghaluskan paksaan sehingga tampak sebagai bujukan. Sejalan dengan itu harus dipahami manfaat dan mudharat teknologi informasi dan komunikasi, serta secara sadar memanfaatkannya untuk mencapai tujuan kita, bukan tujuan-tujuan  mereka (pembuat dan pencipta teknologi) . Artinya kita sebagai pengguna informasi baik sebagai subjek atau pun objek jangan sampai terjebak  dengan kepentingan-kepentingan yang tersembunyi dabalik kecanggihan media tersebut. Dengan demikian tantangan para da’i untuk berdakwah  semakin tinggi, disaat akses terhadap pemanfaatan teknologi informasi dan  komunikasi semakin terbuka akan tetapi dilain pihak profesionalisme lembaga dakwah dan para da’i dituntut lebih baik, serta tantangan yang paling berat adalah dikala memanfaatkan media yang yang sudah menjadi industry yang profitable untuk tujuan dakwah, dibalik pesan-pesan yang disampaikan. Sebab  pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini adalah suatu keniscayaan yang tidak mungkin diabaikan. Disinilah titik perjuangan atau jihad di bidang dakwah oleh para da’i atau lembaga dakwah, dimana kalau dulu bangsa-bangsa  berjuang menguasai wilayah atau berjuang untuk kemerdekaan wilayahnya, sekarang orang mulai berjuang dibidang baru yaitu informasi  agar tidak dikendalikan oleh yang menguasai informasi.  Dalam rangka membebaskan umat dari sifat-sifat kejahiliahan modern dengan pendekatan bil hikmah.  Menurut Enjang yang mengutib dari pandangan Sayid Quthubbahwa dakwah dengan metode hikmah akan terwujud apabila memperhatikan tiga faktor. Pertama, keadaan dan situasi orang-orang yang didakwahi. Kedua, ada atau ukuran materi dakwah yang disampaikan agar mereka tidak merasa keberatan dengan beban materi tersebut. Ketiga, metode penyampaian materi dakwah dengan membuat variasi sedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi pada saat itu. Pada akhir abad ke-20an di dunia muslim lahir sebuah kesadaran untuk membangun paradigma baru yang diharapkan dapat memberikan keseimbangan (sintesis) antara paradidigma Timur dan Barat, dan sekaligus dapat menjadi paradigma alternative yang dapat menyembatani perbedaan yang cukup controversial antara paradigma  timur yang disebut-sebut sebagai paradigma yang bersifat mistis, religious, serta alamiah dengan paradigma Barat yang bersifat positivistik, mekanistik, dan ilmiah. Di mana keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. 
Memahami paradigma dan komunikasi manusia berarti memahami apa yang terjadi selama komunikasi berlangsung dan akhirnya dapat diketahui apa yang dapat diperbuat untuk mempengaruhi dan memaksimalkan hasil-hasil dari kejadian tersebut. Merubah paradigma berpikir dan budaya kerja adalah langkah strategis yang harus dimulai sekarang ini juga tanpa menunda sedetik pun, yaitu agar  berorientasi kepada sasaran khalayak dan ummat dengan pendekatan “bil hikmah wal mauidzah al-hasanah” dan dengan pemanfaatan media. Langkah strategis tersebut harus di imbangi dengan sumber daya yang berkualitas yang akan menjadi juru dakwah behind the media, behind the technology, behind the screen dan on the screen. Tujuannya adalah menyadarkan kaum muslimin, mendidik jiwa mereka dan membekalinya dengan ketakwaan yang cukup untuk memperlihatkan kepadanya keharusan menyatukan barisan. Seperti media internet yang akhir-akhir ini perkembangannya sangat fenomenal memiliki pengaruh langsung yang sangat kuat kepada pembacanya. Internet mampu menggerakkan prilaku massa sesuai dengan arah yang dikehendakinya. Kenyataanya massa tidak memiliki daya apa-apa, sehingga karena kehalustajamannya itu, Jalaluddian Rakhmat melukiskannya, ibarat seorang pasien yang tidak berdaya apa-apa setelah dimasuki sejenis serum melalui jarum kecil dalam tubuh. Fenomena tersebut dapat kita amati dengan terbentuknya  keluarga-keluarga besar elektronik bersatu dalam jaringan sosial dan dalam jaringan kerja yang lebih besar.Jaringan-jaringan  tersebut akan memberikan jasa pelayan sosial atau bisnis yang diperlukan melalui asosiasi-asosiasi. Jaringan sosial di dunia maya tersebut sangat berpotensial untuk dimanfaatkan sebagai sarana dakwah.
Belakangan ini konflik atas nama agama sering kali mencuat. Baik di dunia maupun di Indonesia. Islam menjadi salah satu agama yang paling banyak mendapat sorotan dan pembicaran publik. Baik dari kalangan umat Islam sendiri, maupun umat non muslim. Islam dinilai sebagai agama radikal yang dianggap sering memicu pertikaian. Apa yang sebenarnya terjadi? Ada banyak faktor penyebab. Baik dari sisi internal Islam sendiri maupun dari sisi eksternal atau non muslim. Dalam tulisan ini, penulis ingin mengedepankan persoalan dari faktor internal Islam. Karena sebelum berbicara keluar, adalah lebih baik melakukan koreksi kedalam. Sebagai umat Islam, jelas kita akan marah jika dituding sebagai ‘biang kerok’ pertikaian. Namun kita tidak bisa sepenuhnya membabi-buta menyalahkan umat lain. Pasti ada alasan yang cukup mendasar bagi ‘mereka’ memandang seperti itu. Setidaknya, beberapa fakta menyebutkan 10 Jaringan Teroris Paling Berbahaya Di Dunia  semuanya bernuansa Islam. Sebut saja seperti; ISIS (Negara Islam di Suriah dan Irak), Al-Qaeda, Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP), Taliban, Taliban – Pakistan, Al-Nusra Front, Boko Haram, Jemaah Islamiyah (JI) dan kelompok sempalan, Abu Sayyaf, dan  Lashkar-e-Taiba. Kita bisa saja berkilah bahwa itu bukan umat Islam. Dan beberapa menyebutkan bahwa teroris tersebut adalah bentukan orang-orang kafir non Islam yang ingin merusak nama baik Islam. Tapi kita juga tidak bisa mengelak, berapa banyak orang-orang Islam yang terlibat ‘jihat’ melalui gerakan teroris tersebut. Termasuk Indonesia. Bahkan, beberapa organisasi masyarakat (Ormas) bernuasana Islam di Indonesia pun secara terang-terangan berpihak kepada salah satu gerakan teroris tersebut. kita bisa saja mengatakan itu adalah ulah oknum. Dan tidak semua Islam begitu. Islam adalah agama ‘rahmat bagi semua umat’. Tapi kenyataannya memang, Islam sering terlibat konflik. Bahkan tidak hanya dengan agama lain, di dalam tubuh Islam sendiri sering terjadi konflik. Seperti konflik berkepanjangan “Sunni vs Syiah” atau tentang wahabi dan lainnya. Di Indonesia sendiri pun sama. Konflik berbagai perbedaan pendapat pun sering terjadi. Baik konflik karena perbedaan aliran, maupun hal lainnya. Bahkan, tokoh agama satu dengan tokoh agama lain pun, berkonflik.
Jelas dan pasti, setiap kelompok, golongan, aliran, atau pendapat, mengklaim bahwa pihak merekalah yang paling benar. Dan trend meng-kafir-kan pihak yang berseberangan pun telah menjadi kebiasaan dan totonan publik. Tidak hanya itu. Hal-hal remeh temeh tentang ‘halal’ atau ‘haram’ mengucapkan selamat natal pada kaum Nasrani pun, menjadi konflik yang tidak berkesudahan. Setiap tahun. Setiap kali menjelang Natal Umat Kristen, para tokoh agama berbeda pendapat dan menjadi konflik ditengah umat Islam. Dan parahnya, konflik ini mengemuka ditengah publik dan menjadi tontonan umat dari agama lain. (Apa tidak malu) Kita sebagai umat Islam mungkin punya alasan dalam hal ini. Setiap tokoh agama pun punya alasan sendiri untuk tetap bertahan dengan dengan pendapatnya. Tapi persoalannya, apa yang difikirkan oleh umat non muslim melihat berbagai konflik tersebut? Sejauh ini, mungkin cukup menjadi alasan bagi pihak luar untuk menuding Islam sebagai sumber konnflik.
1.               Siapa Musuh Umat Islam
Sudah jelas dan pasti, untuk yang satu ini kita akan kompak menjawab dengan tegas. Yahudi!… Itu musuh Umat Islam. Para kafir, Zionlis, Laknattullah!!! Mereka memang tidak mau melihat Islam berkembang besar. Mereka melakukan berbagai cara dengan kelicikannya agar Islam hancur. Lihatlah, bagaimana mereka membentuk organisasi teroris yang mengatasnamakan Islam. Agar nama Islam hancur dimata dunia. Itu hanya contoh kecil. Mereka juga menjajah dari berbagai sektor, termasuk ekonomi dan menyusup untuk melakukan adu domba antar sesama umat Islam. Dan, mereka juga sangat memandang rendah Umat Islam!!! Mereka menjajah negara-neraga Islam yang kaya Sumber Daya Alam. Untuk itu kita harus bersatupadu bangkit dan melawan. Walau nyawa taruhannya. Kita jihat di jalan Allah. Kata-kata itu selalu mencuat ditengah mayoritas umat Islam. Kita selalu gemar menyalahkan.
Saya petik dari salah satu tulisan berjudul; Kemunduran Umat Islam Karena Umatnya Malas Membaca?  Sebagai renungan agar kita tidak selalu menyalahkan orang luar termasuk Yahudi. Moshe Dayan seorang politisi dan pimpinan militer Israel berkata “Ada 3 kelemahan muslim saat ini;
·                  Mereka malas,
·                  Mereka tidak mempelajari sejarahnya sendiri,
·                  Mereka itu kaum yang spontan dan tak terencana.
Di lain waktu, Moshe Dayan berujar, “Apakah kalian pikir orang Arab akan pernah bisa mengalahkan kalian?” Dia menjawab, “Tidak sampai mereka terlebih dulu belajar bagaimana membuat garis lurus ketika naik bus.” (maksudnya berbaris rapi dan naik bus satu per satu, tidak bergerombolan dan berebutan seperti yang umumnya kita lakukan).
Setelah mengungkap rencana Zionis untuk menduduki Palestina dipublikasikan pertamakali lima puluh tahun sebelum Pendudukan mantan Menteri Pertahanan Israel Moshe Dayan, ditanya dalam sebuah wawancara: “Apakah Anda tidak takut orang-orang Arab akan membaca rencana Anda dan mempersiapkan diri mereka. Tanggapannya, ”Yakinlah, orang-orang Arab adalah bangsa yang tidak membaca, dan jika mereka membaca mereka tidak mengerti, dan jika mereka memahami mereka tidak bertindak.” DR Raghib As-Sirjani dalam sebuah buku mengutip kalimat seorang Yahudi, “Kita orang Yahudi tidak takut dengan umat Islam, karena umat Islam adalah umat yang tidak gemar membaca”. Melihat dari fakta tersebut diatas, artinya jelas mereka Yahudi sangat memandang rendah umat Islam. Dimata mereka, umat Islam bodoh dan tidak suka belajar (membaca). Bagaimana Marahkah dikatakan seperti itu Jawabanya, untuk apa Memang terbukti bahwa muslim tak suka belajar (membaca).Bagaimana dengan negeri kita Indonesia ya, lebih kurang sama. Negeri yang mayoritasnya beragama islam dan jumlahnya terbesar di dunia, dengan kata lain kaum yang tidak gemar membaca sebagian besar ada disini. Bermukim ditengah – tengah kita. Atau mungkin kita salah satunya. Terbukti, bahwa masyarakat indonesia atau kalau boleh disebut muslim Indonesia adalah kaum mayoritas yang tak suka belajar dan membaca.
2.               Masih Ingin Menyalahkan Yahudi
Kita bodoh karena kita tak suka membaca, setidaknya itu yang mesti diakui. Tiada guna mengatakan “Yahudi Musuh Islam, mereka jahat, mereka menghancurkan islam Inilah beberapa faktanya. Pertama, Survei prestasi membaca anak Indonesia dalam Progress of International Reading Literacy Study 2011 menempati peringkat 42 dari 45 negara. Kedua, beradarkan rilis dari beritamaluku.com
·                  Indeks kegemaran membaca orang pribumi hanya 0.001. Artinya, dari seribu penduduk Indonesia hanya satu orang  yang gemar membaca. Bandingkan dengan Singapura, ada 45 orang gemar membaca dari jumlah survei 100 orang.
·                  Waktu membaca per hari di USA dan Jepang, rata – rata jumlahnya 8 jam. Sedangkan Indonesia, hanya 2 jam dalam sehari. Masyarakat kita habis waktunya oleh bergosip, main game bertema kekerasan dan menonton di saluran tak mendidik.
·                  Di Negara maju, siswa sekolah menengah wajib khatam membaca sejumlah buku. terutama karya sastra, sebelum menyelesaikan studinya. Misalnya, Perancis dan Belanda 22-23 buku per tahun, Jepang 15 buku per tahun, Malaysia 6 buku per tahun, Thailand 6 buku per tahun, Hindia Belanda(Indonesia) 25 buku per tahun.
3.               Musuh Islam Adalah Umat Islam Yang Bodoh Dan Egois
Tahukah, bagaimana orang bodoh dan egois ketika bereaksi Spontanitas, tidak terencana dan cenderung mengandalkan fisik. Memaki dan emosional. Menyerang dengan membabi buta. Mari kita lihat lagi penomena di sekeliling kita. Begitu banyak umat Islam yang reaktif dan cenderung radikal. Setiap menghadapi berbagai persoalan, reaksinya adalah; bunuh, bakar, gorok, ganyang, dan berhamburan kata-kata makian. Apa yang didapat? Jelas kehancuran dipihak sendiri. Di Timur Tengah, umat Islam membuat medan perang di rumahnya sendiri. Perang yang memusnahkan peradaban Islam itu sendiri. Dan ironisnya, dari hasil perang sesama mereka maka hasilnya pihak luar yang memetik keuntungan. Bagaimana di Indonesia Memang belum parah, tapi berbagai konflik sudah mulai mencuat. Trend mengkafir-kafir-kan sudah menjadi bagian dari kehidupan sosial.Bunuh, bakar, gorok, ganyang, dan hamburan kata-kata makian, seolah menjadi gaya hidup. Umat Islam begitu mudah di adu domba. Syekh Umar Tilmisani berkata “Jangan sampai kalian hanya bisa melaknat orang zalim, tetapi pikirkanlah bagaimana menghentikan kezalimannya itu” Tidak lah salah, jika orang Yahudi menganggap orang Islam rendah. Karena begitulah mayoritasnya. Serta bukan perkara susah, jika mereka menghancurkan umat Islam. Sebab mereka dikenal suka belajar membaca buku. Oleh karena itu pula, mereka jadi mengetahui sejarah islam dan peradabannya dan itu modal besar untuk memperdaya bangsa Islam.
Apakah umat Islam gemar mempelajari sejarah Islam? Apakah mayoritas Umat Islam mempelajari sejarah Yahudi Sebagian besar tidak! Meraka Cuma tahu, Yahudi musuh. Cuma itu! Tentang bagaimana Yahudi bisa menguasai dunia. Jawabannya, paling banter; “Yahudi licik dan menghalalkan segala cara” dan tidak ada upaya lebih untuk mengetahui latar belakangnya. Yahudi adalah manusia yang gemar belajar dengan membaca. Mereka menguasai ilmu pengetahuan, sains, dan segala sesuatunya. Umat Islam, mayoritas hanya punya mulut dan emosi. Lebih suka menyalahkan orang lain, sehingga lupa memperbaiki diri sendiri. Dalam sejarah Islam, kita mencatat bahwa perpustakaan Islam menjadi perhatian utama dari para khalifah. Maka tidak mengherankan jika sejarah mencatat bahwa perpustakaan umat Islam pada waktu itu sangatlah besar dan baik di dunia. Diantaranya, perpustakaan Bagdad, Kardova. Isybiliah, Gharnathah, Kairo, Da­mas­kus, Tarabulus, Madi­nah dan Al-Quds. Namun kini umat Islam mengalami berbagai kemunduran dalam aktivitas membaca. Terutama membaca dalam pengertian yang berkualitas menghasilkan ilmu, menghasilkan keterampilan khusus dan meraih pengetahuan yang tinggi. Umat Islam membaca sekedar memenuhi fungsi hobi rekreasi dan hiburan. Membaca bukan lagi kebutuhan mendasar dan panggilan teologis sebagai­mana telah dipraktikkan Rasulullah dengan menebus tawanan yang mau mengajarkan umat Islam membaca. Sejarah juga mencatat bagaimana kejayaan Islam dimasa lalu karena umat Islam dibangun dengan budaya baca yang sangat tinggi. Begitu besar minat baca umat muslim saat itu kemudian bisa melahirkan ilmuwan-ilmuwan besar seperti Ibnu Syna, Ibnu Rusdy, Imam Ghazali, dan masih banyak lagi yang lainya. Masjid-masjid tidak hanya digunakan untuk mempelajari Al-Qur’an saja, tapi juga mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan umum dan teknologi. Masjid di saat itu juga menyediakan perpustakaan yang menyediakan buku-buku yang dipelajari oleh umat Islam. di era kejayaan Islam, hampir setiap Masjid memiliki Perpustakaan, Sekarang Bagaimana dengan Masyarakat Indonesia? Sebagai bangsa  yang mayoritas muslim ternyata juga memiliki budaya baca yang masih rendah. Membaca adalah belajar. Membaca membuat kita menjadi manusia yang berwawasan dan membentuk umat yang beradab dan maju. Lucu rasanya, jika umat Islam dapat perintah IQRA tetapi umat lain yang melaksanakannya.
Jadi jangan salahkan umat lain jika Islam secara perlahan tergilas oleh perkembangan zaman. Bahkan diinjak dan dijajah dari berbagai sektor. Karena itu hukum alam, yang bodoh akan berada dibawah. “Menurut mereka, umat Kristen itu tidak seperti Islam. Mereka tidak frontal. Biasanya mereka akan menjawab (buku) dengan buku.”Miris bukan Ya begitulah kenyataannya. Islam sudah kehilangan kharismanya di mata umat lain. Beringasan, tidak punya tradisi menulis dan membaca.
Umat lain berperang dengan pengetahuan. Mereka banyak mencipta hal-hal baru. Mereka tidak membalas tekanan dengan ancaman dan hujatan. Mereka dengan tenang menanggapi semua itu dengan cerdas. Bukan dengan sikap beringas yang kampungan. Dalam sebuat tulisan digambarkan;
ketika seseorang melakukkan penelitian untuk tesisnya tentang penerbitan buku, Da Vinci Code di Indonesia. Awalnya khawatir akan menyinggung rasa keragaman Katholik, ternyata penerbit memandang umat tersebut jauh lebih demokratis, terbuka, dan tak bertindak kekerasan dibanding kalangan Islam.
[Lihat saja bagaimana ketika karikatur atau fitnah ditujukan kepada Nabi Muhammad. Reaksi umat Islam menggila. Memaki, mencaci, dan mengancam. Cenderung bertindak secara fisik. Bukan membalas dengan ilmu dan cara elegant yang mampu menjatuhkan lawan Katholik Biasanya, bila ada kritik, mereka menanggapinya secara kritis pula. Ini terbukti dengan terbitnya banyak buku dan digelarnya forum-forum diskusi untuk mengkritisi atau mengiringi karya Dan Brown tersebut.Demikian hasil diskusi informal penerbit tersebut dengan anggota Indonesian Conference, Religion, and Peace (ICRP) dari kalangan Kristen/Katolik.
4.               Benarkah Umat Islam Diambang Kehancuran
Benar, Islam saat ini mulai mengarah ke jurang kehancuran. Selain menghadapi berbagai konflik internal akibat keegoisan antar tokoh beragama yang merasa pihaknyalah yang paling benar. Islam akan semakin terpuruk karena mayoritas umatnya tidak pernah mau belajar. Siapa yang paling bertanggungjawab? Mereka para tokoh agama dan seluruh umatnya Agama sejatinya, akan membuat umatnya sebagai manusia yang mempunyai ahlak dan moral yang baik. Serta mampu menjadi khalifah dimuka bumi ini. Namun ketika salah dalam menterjemahkan ajaran-ajaran dari agama itu sendiri, maka, akan menimbulkan polemik hebat dalam kehidupan sosial. Ini sangat berbahaya.
Dalam hal ini, tokoh agama memiliki peran penting dalam memberi warna ajaran agama kepada pemeluknya. Mereka bisa memberi sentuhan nilai-nilai kebijaksanaan yang membawa umat sebagai mahluk yang arif  atau sebaliknya, menumbuhkan sikap egoisme dan ekstrimis. Islam adalah agama yang sangat universal. Dalam menterjemahkan nilai-nilai ajaran agama, sangat tergantung dengan karakter dan sifat manusia yang mempelajarinya. Hal ini pula yang kemudian, membuat munculnya berbagai konflik dalam menterjemahkan makna dari ajaran agama itu sendiri. Implementasi agama cenderung berbeda dari satu umat dengan umat yang lain. Walau pun agama nya sama. Ada yang terlihat anarkis dan ada pula terlihat bijaksana. Lihat saja buktinya, begitu banyak aliran dalam agama Islam. Setiap tokoh agama memiliki pandangan masing-masing tentang nilai-nilai ajaran yang terkandung dalam Islam. Antara satu dengan yang lain, terkadang memiliki pandangan yang jauh berbeda. Latar belakang pengetahuan dan wawasan memberi peran penting dalam pemaknaan ajaran agama itu sendiri. Sebagai contoh kecil, dimana penulis sebutkan diawal. Tentang perbedaan pendapat‘halal’ atau ‘haram’ mengucapkan selamat natal. Ini bukti nyata, tokoh agama mempunyai peran penting dalam memberi warna ajaran agama itu sendiri. Harus kita akui, seorang pemeluk agama yang baik dan taat, akan sangat susah melihat nilai-nilai kebenaran dari pihak lain. Apalagi dari agama lain.
Persoalannya, ketika si pemeluk agama memiliki jiwa picik dan tidak bijaksana, maka akan timbul sikap egois yang cenderung merasa paling benar. Dan celakanya, akan men-judge, pihak lain salah. Dewasa ini, tindak kekerasan dan penghakiman secara sepihak dengan mengatasnamakan kebenaran agama sering terjadi. Ini pun, karena pengaruh tokoh agama yang cenderung memprovokasi umat. Yang lebih ironis, jika tokoh agama yang memiliki kepentingan politik. Agama dapat saja menjadi kenderaan murah untuk mencapai kepentingan. Lalu, di perparah oleh mayoritas umat yang miskin ilmu dan wawasan. Maka lengkaplah sudah Ini bukan soal, syiah, sunni, wahabi, salafi, atau apa pun namanya itu. Tapi tentang sifat dan karakter manusia. Manusia yang mempunyai ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Disertai jiwa dan sifat yang baik. Jelas akan memberi warna Islam sebagai agama khalifah di muka bumi. Tapi, jika umat Islam di dominasi dengan orang-orang berpikiran sempit, bodoh, egois, disertai nafsu dan kepentingan. Islam jelas akan semakin dekat ke jurang kehancuran.
Islam menghadapi banyak musuh. Dan musuh utamanya adalah mayoritas kebodohan dari umatnya sendiri. Kita belum tentu hancur oleh musuh Yahudi atau Zionis. Tapi hancur oleh pertikaian antar sesama umat Islam yang egois dan miskin ilmu. Umat Islam bisa diadu domba dan dijajah, karena kebodohan. Untuk itu, sudah saatnya umat Islam bangkit, berjuang, berjihad, dan menumpahkan darahnya. Tidak perlu ke Palestina, Suriah, atau Turki. Itu konyol jika hanya bermodalkan emosi, mulut besar, pentungan, nekad, dan otot. Disana nuklir berbicara, yang dilepaskan oleh musuh dari jarak jauh dan mungkin sambil bermain game di komputer. Berjuanglah untuk menggali ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Mengejar ketertinggalan yang memang sudah tertinggal sangat jauh. Hanya itulah langkahnya. Sebelum semuanya terlambat.



























































Politik adalah 'ilmu pemerintahan' atau 'ilmu siyasah', iaitu 'ilmu tata negara' Pengertian dan konsep politik atau siasah dalam Islam sangat berbeza dengan pengertian dan konsep yang digunakan oleh orangorang yang bukan Islam. Politik dalam Islam menjuruskan kegiatan ummah kepada usaha untuk mendukung dan melaksanakan syari'at Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan. la bertujuan untuk menyimpulkan segala sudut Islam yang syumul melalui satu institusi yang mempunyai syahksiyyah untuk menerajui dan melaksanakan undang undang. Pengertian ini bertepatan dengan firman Allah yang mafhumnya: "Dan katakanlah: Ya Tuhan ku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah aku dengan cara yang baik dan berikanlah kepadaku daripada sisi Mu kekuasaan yang menolong." (AI Isra': 80)  Di atas landasan inilah para 'ulama' menyatakan bahawa: "Allah menghapuskan sesuatu perkara melalui kekuasaan negara apa yang tidak dihapuskan Nya meIaiui al Qur'an"
1.               Asas asas Sistem Politik Islam Asas asas sistem politik Islam ialah:
Hakimiyyah Ilahiyyah Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum tertinggi dalam sistem politik Islam hanyalah hak mutlak Allah. Tidak mungkin ianya menjadi milik sesiapa pun selain Allah dan tidak ada sesiapa pun yang memiliki suatu bahagian daripadanya. Fir man Allah yang mafhumnya: "Dan tidak ada sekutu bagi Nya dalam kekuasaan Nya." (Al Furqan: 2) "Bagi Nya segaIa puji di dunia dan di akhirat dan bagi Nya segata penentuan (hokum) dan kepada Nya kamu dikembalikan."   (A1 Qasas: 70)  "Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah."   (A1 An'am: 57)

a.               Hakimiyyah Ilahiyyah membawa pengertian pengertian yang berikut:

Bahawasanya Allah adalah Pemelihara alam semesta yang pada hakikatnya adalah Tuhan yang menjadi Pemelihara manusia, dan tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali patuh dan tunduk kepada sifat Ilahiyyah Nya Yang Maha Esa    -Bahawasanya hak untuk menghakimi dan mengadili tidak dimiliki oleh sesiapa kecuali Allah. Oleh kerana itu, manusia wajib ta'at kepada Nya dan ber'ibadat kepada Nya    -Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hak mengeluarkan hukum sebab Dialah satu satu Nya Pencipta    -Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hak mengeluarkan peraturan peraturan, sebab Dialah satu satu Nya Pemilik    -Bahawasanya hukum Allah adalah sesuatu yang benar sebab hanya Dia sahaja Yang Mengetahui hakikat segala sesuatu, dan di tangan Nyalah sahaja penentuan hidayah dan penentuan jalan yang selamat dan lurus. Hakimiyyah Ilahiyyah membawa erti bahawa teras utama kepada sistem politik Islam ialah tauhid kepada Allah di segi rububiyyah dan uluhiyyah Nya.

2.               Risalah Jalan kehidupan para rasul diiktiraf oleh Islam sebagai sunan al huda atau jalan jalan hidayah. Jalan kehidupan mereka berlandaskan kepada segala wahyu yang diturunkan daripada Allah untuk diri mereka dan juga untuk umat umat mereka. Para rasul sendiri yang menyampaikan hukum hukum Allah dan syari'at syari'at Nya kepada manusia. Risalah bererti bahawa kerasulan beberapa orang lelaki di kalangan manusiasejak Nabi Adam hingga kepada Nabi Muhammad s.a.w adalah satu asas yang penting dalam sistem politik Islam. Melalui landasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allah di dalam bidang perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul menyampaikan, mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan mereka. Dalam sistem politik Islam, Allah telah memerintahkan agar manusia menerima segala perintah dan larangan Rasulullah s.a.w. Manusia diwajibkan tunduk kepada perintah perintah Rasulullah s.a.w dan tidak mengambil selain daripada Rasulullah s.a.w untuk menjadi hakim dalam segala perselisihan yang terjadi di antara mereka. Firman Allah yang mafhumnya: "Apa yang diperintahkan Rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagi kamu, maka tinggatkanlah."   (Al Hasyr: 7) "Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul melainkan untuk dita'ati dengan seizin Allah." (An Nisa': 64)"Dan barangsiapa yang menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang orang mu'min, akan Kami biarkan mereka bergelimang daiam kesesatan yang telah mereka datangi, dan Kami masukkan ia ke dalam jahannam dan jahannam itu adalah seburuk buruk tempat kembali." (An Nisa: 115) "Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (An Nisa': 65)

3.               Khalifah Khalifah bererti perwakilan. Dengan pengertian ini, ia bermaksud bahawa kedudukan manusia di atas muka bumi ialah sebagai wakil Allah. Ini juga bermaksud bahawa di atas kekuasaan yang telah diamanahkan kepadanya oleh Allah, maka manusia dikehendaki melaksanakan undang undang Allah dalam batas batas yang ditetapkan. Di atas landasan ini, maka manusia bukanlah penguasa atau pemilik, tetapi ia hanyalah khalifah atau wakil Allah yang menjadi Pemilik yang sebenarnya. Firman Allah yang mafhumnya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi... " (Al Baqarah: 30) "Kemudian Kami jadikan kamu khalifah khalifah di muka bumi sesudah mereka supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat." (Yunus: 14) Seseorang khalifah hanya menjadi khalifah yang sah selama mana ia benar benar mengikuti hukum hukum Allah. Oleh itu khilafah sebagai asas ketiga dalam sistem politik Islam menuntut agar tugas tersebut dipegang oleh orang orang yang memenuhi syarat syarat berikut: -Mereka mestilah terdiri daripada orang orang yang benar benar menerima dan mendukung prinsip prinsip tanggungjawab yang terangkum di dalam pengertian khilafah Mereka tidak terdiri daripada orang orang zalim, fasiq, fajir dan lalai terhadap Allah serta bertindak melanggar batas batas yang ditetapkan oleh Nya    -Mereka mestilah terdiri daripada orang orang yang ber'ilmu, berakal sihat, memiliki kecerdasan, kea'rifan serta kemampuan intelek dan fizikal    -Mereka mestilah terdiri daripada orang orang yang amanah sehingga dapat dipikulkan tanggungjawab kepada mereka dengan aman dan tanpa keraguan
Prinsip prinsip Utama Sistem Politik Islam Prinsip prinsip sistem politik Islam terdiri daripada beberapa perkara di antaranya:
Ø    Musyawarah - Prinsip pertama dalam sistem politik Islam ialah musyawarah. -Asas musyawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan pemilihan ketua negara dan orang orang yang akan menjawat tugas tugas utama dalam pentadbiran ummah.<p> </p>-Asas musyawarah yang kedua pula adalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara perlaksanaan undangundang yang telah dimaktubkan di dalam al gur'an dan al Sunnah.<p> </p>-Asas musyawarah yang seterusnya ialah berkenaan dengan jalan jalan menentukan perkara perkara baru yang timbul di kalangan ummah melalui proses ijtihad.
Ø     Ke'adilan Prinsip kedua dalam sistem politik Islam ialah keadilan. Ini adalah menyangkut dengan ke'adilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan sistem ekonomi Islam. Ke'adilan di dalam bidang bidang sosioekonomi tidak mungkin terlaksana tanpa wujudnya kuasa politik yang melindungi dan mengembangkannya.Di dalam perlaksanaannya yang luas, prinsip ke'adilan yang terkandung dalam sistem politik Islam meliputi dan menguasai segala jenis perhubungan yang berlaku di dalam kehidupan manusia, termasuk ke'adilan di antara rakyat dan pemerintah, di antara dua pihak yang bersengketa di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangan suami isteri dan di antaxa ibu bapa dan anak anaknya. Oleh sebab kewajiban berlaku 'adil dan menjauhi perbuatan zalim adalah merupakan di antara asas utama dalam sistem sosial Islam, maka menjadi peranan utama sistem politik Islam untuk memelihara asas tersebut. Pemeliharaan terhadap ke'adilan merupakan prinsip nilai nilai sosial yang utama kerana dengannya dapat dikukuhkan kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
Ø    Kebebasan Prinsip ketiga dalam sistem politik Islam ialah kebebasan. Kebebasan yang dipelihara oleh sistem politik Islam ialah kebebasan yang berteraskan kepada ma'ruf dan kebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenar adalah di antara tujuan tujuan terpenting bagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta asas asas bagi undang undang perlembagaan negara Islam.
Ø    Persamaan Prinsip keempat dalam sistem politik Islam ialah persamaan atau musawah. Persamaan di sini terdiri daripada persamaan dalam mendapat dan menuntut hak hak, persamaan dalam memikul tanggungjawab menurut peringkat peringkat yang ditetapkan oleh undang undang perlembagaan dan persamaan berada di bawah taklukan kekuasaan undang undang.

4.               Hak Menghisab Pihak Pemerintah 
                       Prinsip kelima dalam sistem politik Islam ialah hak rakyat untuk menghisab pihak pemeriritah dan hak mendapat penjelasan terhadap tindak tanduknya. Prinsip ini berdasarkan kepada kewajiban pihak pemerintah untuk melakukan musyawarah dalam hal hal yang berkaitan dengan urusan dan pentadbiran negara dan ummah. Hak rakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajipan setiap anggota di dalam masyarakat untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan kemungkaran. Hak ini dalam pengertian yang luas juga bererti hak untuk mengawasi dan menghisab tindak tanduk dan keputusankeputusan pihak pemerintah. Prinsip ini berdasarkan kepada firman Allah yang mafhumnya: "Dan apabila ia berpaling (daripada kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerosakan padanya, dan merosak tanaman tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan." (Al-Baqarah: 205) "..maka berilah keputusan di antara manusia dengan 'adil dan janganlah kamu mengikut hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan kamu daripada jalan Allah. Sesungguhnya orang orang yang sesat daripada jalan Allah akan mendapat 'azab yang berat, kerana mereka melupakan hari perhitungan." (Sad: 26)

5.               Tujuan Politik Menurut Islam 
Tujuan sistem politik Islam ialah untuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan dan kenegaraan yang tegak di atas dasar untuk melaksanakan seluruh hukum syari'at Islam. Tujuan utamanya ialah untuk menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam.Dengan adanya pemerintahan yang mendukung syari'ah, maka akan tertegaklah al Din dan berterusanlah segala urusan manusia menurut tuntutan tuntutan al Din tersebut.

6.               Para fuqaha Islam telah menggariskan sepuluh perkara penting sebagai tujuan kepada sistem politik dan pemerintahan Islam. 
Memelihara keimanan menurut prinsip prinsip yang telah disepakati oleh 'ulama' salaf daripada kalangan umat Islam Melaksanakan proses pengadilan di kalangan rakyat dan menyelesaikan masalah di kalangan orang orang yang berselisih Menjaga keamanan daerah daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan aman dan damai Melaksanakan hukuman hukuman yang ditetapkan syara' demi melindungi hak hak manusia Menjaga perbatasan negara dengan pelbagai persenjataan bagi menghadapi kemungkinan serangan daripada pihak luar Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat dan sedekah sebagai mana yang ditetapkan oleh syara' Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripada perbendaharaan negara agar tidak digunakan secara boros ataupun secara kikir Mengangkat pegawai pegawai yang cekap dan jujur bagi mengawal kekayaan negara dan menguruskan hal ehwal pentadbiran Negara Menjalankan pengaulan dan pemeriksaan yang rapi di dalam hal ehwal amam demi untuk memimpin negara dan melindungi al Din. 


KABARI KE TEMANMU VIA : Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
0 Komentar untuk "PENGHANCURAN POLITIK ISLAM MELALUI PROPAGANDA ILMU"

Popular Posts

Back To Top