JURNAL SOSIAL DAN POLITIK
Gerakan Sosial
Mahasiswa Komunikasi FISIP Universitas Airlangga Pada Ruang Publik Facebook
ABSTRAK
Tulisan ini mengkaji mengenai Gerakan Sosial
Mahasiswa Komunikasi FISIP Universitas Airlangga pada Ruang Publik Facebook. Dengan dilatar
belakangi semakin
meluasnya gerakan sosial masyarakat pada salah satu ruang publik
yaitu media jejaring sosial facebook. Contohnya, Gerakan Koin Peduli Prita”, Surat Keluhan
Melalui Internet Yang Dipenjara, yang di dukung lebih dari 5900 anggota grup.
Ada pula gerakan bertajuk “Gerakan 1.000.000 Facebooker Dukung Chandra Hamzah dan Bibit Samad Rianto”. Dan
gerakan sosial untuk membantu biaya operasi hati seorang balita yaitu “Gerakan
Koin Hati untuk Karen”. Secara kontekstual, mahasiswa Komunikasi berkaitan
dengan persoalan komunikasi pada ruang publik dan gerakan sosial sehingga
mahasiswa Komunikasi pun lebih intens dalam melakukan komunikasi cyber karena
hal tersebuat bagian dari proses belajar mengajar. Untuk menganalisa realitas ini peneliti menggukan metode tulisan kualitatif dengan bantuan teori ruang publik
menurut Jurgen Habermas sebagai obor analisis dalam tulisan ini. Dalam tulisan ini, menyatakan bahwa facebook merupakan salah satu media ruang publik, dimana media facebook dapat menjadi salah satu alat
untuk membangun sebuah gerakan sosial. Hal ini terlihat pada begitu banyak
gerakan sosial yang telah dibangun oleh mahasiswa Komunikasi yang berawal dari
bantuan facebook. Tetapi gerakan yang
dibangun oleh mahasiswa Komunikasi tidak mencerminkan sebagai gerakan sosial
yang sesunguhnya karena bersifat umum terbatas. Jika di tinjau dari teori
Habermas, umum terbatas artinya privat khusus, di mana gerakan tersebut hanya
untuk warga Departemen Komunikasi sendiri dan tidak digerakkan untuk khalayak
ramai, serta tidak ditujukan untuk melakukan sebuah perubahan pada masyarakat.
Hal tersebut bertentangan dengan apa yang di maksud gerakan sosial, karena
gerakan sosial bersifat publik dan gerakan sosial di bangun untuk sebuah
perubahan pada masyarakat, bukan pada komunitas tertentu.
Kata Kunci: facebook, ruang publik, gerakan sosial
Pendahuluan
Dengan adanya era globalisasi serta meningkatnya
peranan informasi dalam bisnis, politik, sosial, kesehatan, maupun teknologi,
akses terhadap sumber dan jaringan informasi menjadi semakin penting bagi
masyarakat. Salah satu media berbasis teknologi yang saat ini banyak
dipergunakan adalah internet. Facebook
merupakan salah satu fasilitas internet yang booming sampai saat ini. Facebook dapat menimbulkan adanya rasa
kebahagiaan bahkan kesedihan yang dapat berujung suatu konflik. Contoh beberapa
kasus yang ada di facebook, antara
lain adanya pertemuan keluarga yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu, kasus
penipuan, kasus pemerkosaan, kasus penyulikan, gerakan amal, gerakan politik,
bahkan sampai ke gerakan sosial. Dari beberapa kasus tersebut terjadi di facebook. Merebaknya pengguna facebook untuk berbagai kepentingan
dapat dijadikan sebagai representasi perluasan wujud ruang publik di kehidupan
masyarakat modern, dapat juga sebagai
dampak perkembangan globalisasi.
Facebook dapat
digunakan untuk sarana menggalang massa sebagai wujud gerakan sosial. Sebab,
sangat mudah membuat maupun bergabung dengan suatu grup tertentu di Facebook. Kemudahan membuat grup di Facebook dimanfaatkan untuk melakukan
berbagai gerakan sosial. Jika biasanya untuk menginisiasi suatu gerakan sosial
orang harus berkasak-kusuk menghimpun massa dan melakukan tatap muka langsung,
kini dapat dilakukan melalui media Facebook.
Melalui Facebook, orang yang tidak
saling kenal bisa bersatu padu untuk menyuarakan suatu aspirasi demi mendobrak
suatu keadaan yang dinilai menyimpang dan tidak adil.
Banyak contoh yang dapat ditemukan dikehidupan masyarakat. Di
tahun 2009, muncul gerakan bertajuk Dukungan Bagi Ibu Prita Mulyasari yaitu
“Gerakan Koin Peduli Prita”, Surat Keluhan Melalui Internet Yang Dipenjara,
yang di dukung lebih dari 5900 anggota grup. Ada pula gerakan bertajuk “Gerakan
1.000.000 Facebooker Dukung Chandra Hamzah dan Bibit Samad Rianto, yang
menembus angka satu juta dukungan. Dan gerakan sosial untuk membantu biaya
operasi hati seorang balita yaitu Gerakan Koin Hati untuk Karen. Di luar
negeri, jatuhnya Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali yang sudah berkuasa
selama lebih dari 23 tahun dan Presiden Mesir Hosni Mobarak yang memimpin
negeri selama lebih dari 30 tahun disinyalir berawal dari gerakan sosial
melalui jejaring sosial, diantaranya Facebook.
Menurut Habermas, ruang publik
merupakan domain kehidupan sosial di mana pendapat publik dapat dibentuk dan
akses untuk semua warga negara terjamin. Ruang publik ini digunakan oleh
individu-individu pribadi untuk berkumpul, berbicara, dan membentuk sebuah
badan publik yang di dalamnya tidak berperilaku sebagai pengusaha atau
professional yang sedang melakukan bisnis pribadinya dan juga tidak berperilaku
sebagai pejabat dari birokrasi negara. Sebagai badan publik semua
individu dijamin untuk memiliki kebebasan berkumpul, berorganisasi, berekspresi
atau mempublikasikan pandangannya tentang kepentingan umum, yang di dalamnya
terdapat rasa kebersamaan, solidaritas, dan kesamaan.[2]
Tetapi
dalam perkembangan teori ini, beberapa peneliti mendefinisikan ruang publik
menurut perkembangannya dan permasalahan yang diuraikan dengan teori ini. Dalam beberapa Skripsi yang penulis baca, seperti Skripsi yang di
tulis oleh Amanda Rahma Desita (2011), membahas tentang konflik pada ruang
publik, di mana keberadaan ruang publik dapat menimbulkan berbagai macam
konflik karena ruang publik yang semakin lama semakin berkembang tanpa batasan
dan membangun berbagai gerakan pada komunikasi cyber. Berbeda dengan Skripsi
yang di tulis oleh Ninit Larasati (2008) yang membahas ruang publik dalam fenomena
pencari sumbangan, dan hal tersebut dapat membentuk suatu realitas kedermawanan
baru melalui ruang publik. Dalam Skripsi yang ditulis oleh Anggara Putra
Setiawan (2011), membicarakan tentang opini masyarakat melalui media jejaring
sosial, hal ini dikarenakan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah
memberikan sebuah kesempatan besar bagi masyarakat untuk dapat berinteraksi
antara satu dengan yang lain menjadi sangat mudah. Gejala ini kemudian menjadi
banyak memberikan sumbangsih terhadap kemajuan budaya komunikasi antara elit
dengan rakyat yang dulunya sebuah hal yang tidak mudah untuk dilakukan, seperti
jejaring sosial facebook. Dengan
ruang publik baru ini memungkinkan semua anggota bisa terintegrasi dalam sistem
tertentu dengan kemudahan berbagai akses informasi.
Berlatar dari penjelasan di atas,
penulis tertarik untuk mengambil topik tentang Gerakan Sosial pada Ruang Publik (Studi pada Mahasiswa Departemen
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Airlangga
Pengguna Media Facebook).
Setting tulisan ini memilih mahasiswa Departemen Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik untuk menjadi informan pada tulisan ini. Secara
kontekstual, mahasiswa Departemen Komunikasi berkaitan dengan persoalan
komunikasi dan ruang publik. Ruang publik merupakan salah satu studi yang di
pelajari oleh mahasiswa Departemen Komunikasi, sehingga mahasiswa Departemen
Komunikasi pun lebih intens dalam melakukan komunikasi cyber. Dalam membahas
gerakan sosial di facebook, kontekstual
dengan mahasiswa Departemen Komunikasi yang mempelajari ilmu komunikasi cyber. Selain itu komunikasi cyber merupakan salah satu media penting
pada proses belajar mengajar pada Departemen Komunikasi
- Ruang Publik dan Gerakan Sosial
Bagi Habermas, ruang publik memiliki peran yang cukup berarti
dalam proses berdemokrasi. Ruang publik merupakan ruang demokratis
atau wahana diskursus masyarakat, yang mana warga negara dapat menyatakan
opini-opini, kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan mereka secara
diskursif. Ruang publik adalah tempat warga berkomunikasi mengenai
kegelisahan-kegelisahan politis warga. Selain itu, ruang publik merupakan wadah
yang mana warga negara dengan bebas dapat menyatakan sikap dan argumen mereka
terhadap negara atau pemerintah. Ruang publik bukan hanya sekedar fisik,
maksudnya sebuah institusi atau organisasi yang legal, melainkan adalah
komunikasi warga itu sendiri. Ruang publik harus bersifat bebas, terbuka,
transparan dan tidak ada intervensi pemerintah atau otonom di dalamnya. Ruang
publik itu harus mudah diakses semua orang. Dari ruang publik ini
dapat terhimpun kekuatan solidaritas masyarakat warga untuk melawan mesin-mesin
pasar/kapitalis dan mesin-mesin politik.
Habermas membagi-bagi ruang publik, tempat para aktor-aktor
masyarakat warga membangun ruang publik, Pluralitas (keluarga,
kelompok-kelompok informal, organisasi-organisasi sukarela, dst), publisitas
(media massa, institusi-institusi kultural, dst), keprivatan (wilayah
perkembangan individu dan moral), legalitas (struktur-struktur hukum umum dan
hak-hak dasar). [3]Jadi
dapat di tarik kesimpulan bahwa ruang publik bukan hanya ada satu, tetapi ada
banyak ruang publik di tengah-tengah masyarakat warga. Tidak ada yang dapat
membatasi ruang publik, ruang publik ada di mana saja. Di mana ada masyarakat
yang duduk berkumpul bersama dan berdiskusi tentang tema-tema yang relevan,
maka disitu hadir ruang publik. Oleh karena itu, ruang publik tidak terbatas.
Perkembangan ruang publik sangat pesat, yang dahulunya ruang publik terjadi di parlemen,
klub politik, salon, majelis publik, tempat minum dan kedai kopi, balai
pertemuan, dan ruang-ruang publik lain, saat ini internetpun sebagai
ruang publik, salah satunya adalah facebook.
Gerakan sosial adalah
gerakan suatu organisasi atau kelompok orang yang bermaksud mengadakan
perubahan terhadap struktur sosial yang ada, serta untuk membangun kehidupan
baru yang lebih baik. Dan gerakan sosial menurut Sosiologi sendiri adalah
aktifitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang merupakan
kelompok informal yang berbetuk organisasi, berjumlah besar atau individu yang
secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan
melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial. Menurut
Cook (1995), gerakan sosial mencakup beberapa konsep, yaitu berorientasi
perubahan (change oroented goals), tingkat organisasi (some degree of
organization), tingkat kontinyuitas yang sifatnya temporal (degree of
temproral continuity), dan aksi kolektif di luar lembaga (aksi jalanan) dan
di dalam lembaga/lobi politik (some extrainstitutional and institutional).
Dalam konteks ini,
konsepsi ruang publik secara umum digunakan untuk menandai dunia yang terbuka
akan wacana dan debat publik yang rasional, sebuah dunia yang secara konseptual
berkaitan dengan proses demokratis dan individu dapat secara bebas
mendiskusikan isu sehari-hari yang merupakan perhatian bersama. Perkembangan
ruang publik yang sangat pesat memunculkan berbagai gerakan-gerakan yang
diciptakan dan di bangun oleh masyarakat karena masyarakat memiliki
opini-opini, kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan di dalamnya. Gerakan
sosial yang ada di ruang publik dapat berbentuk demo, membentuk opini,
membangun solidaritas, media perlawan semu bagi orang-orang yang kalah, gerakan
berempati, gerakan kebersamaan dan lain-lain. Padahal sebelum adanya facebook,
gerakan sosial terjadi di dunia nyata bukan dunia maya yang booming seperti saat ini.
- IMPLIKASI TEORITIS JURGEN HABERMAS
Dalam
tulisan ini menjelaskan konsep gerakan sosial pada ruang publik menurut
mahasiswa Komunikasi dan perspektif Jurgen Habermas tentang gerakan sosial pada
ruang publik yang dikaitkan dengan hasil data lapangan. Di mana akan mengulas
tentang bagaimana gerakan sosial dapat terjadi pada ruang publik terutama pada
salah satu situs jejaring sosial, yaitu facebook.
Jurgen Habermas menjelaskan ruang publik merupakan suatu ruang demokratis
atau wahana diskursus masyarakat, di mana warga negara dapat menyatakan
opini-opini, kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan secara diskursif
sehingga membentuk sebuah komunikasi dan orang-orang dapat mengkomunikasikan
sesuatu atau pandangannya secara bebas. Hal ini seperti data yang temukan di
lapangan, bahwa ruang publik merupakan ruang atau media di mana bertemunya
masyarakat untuk melakukan interaksi antara satu dengan yang lain untuk
mengkomunikasikan sesuatu atau pandangan masing-masing individu mengenai suatu
isu yang diangkat di mana setiap individu dapat memberi tanggapan dan respon
secara bebas yang menimbulkan diskusi bahkan sampai perdebatan di antara
individu satu dengan yang lain baik yang saling mengenal maupun tidak saling
mengenal yang dapat membentuk suatu opini publik.
Menurut
Habermas, ketika dua orang atau lebih berbicara dan mengkomunikasikan dalam
suatu diskursus, mereka hendaknya saling memahami terlebih dahulu sebelum
sampai pada hal-hal lain yang lebih lanjut. Kehendak untuk memahami dan
dipahami itu syarat pada tindakan berbicara atau berdiskusi, dan hal ini
berlaku bagi siapa pun dan di mana pun. Prinsip rasional ini merupakan hakikat
“transendetal” dari tindakan berkomunikasi.
Dalam karya awalnya, Strukturwandel der Oeffentlichkeit (Perubahan Struktur Ruang
Publik), Jurgen Habermas menjelaskan ruang publik sebagai kondisi-kondisi
komunikasi yang memungkinkan warga negara membentuk opini dan kehendak bersama
secara diskursif. Syarat
berkomunikasi yang telah di jelaskan oleh Habermas dalam karya awalnya tersebut, secara garis besar menjelaskan bahwa suatu
komunikasi dapat terbentuk apabila terdapat timbal balik atau respon dari kedua
belah pihak atau lebih yang hendak melakukan komunikasi.
Menurut Habermas, ruang publik merupakan ruang yang bebas dan
siapapun bebas ikut bergabung dalam diskusi tersebut. Pada data lapangan,
ditemukan bahwa anak-anak Komunikasi bertemu di ruang publik sering
mengkomunikasikan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan Komunikasi, seperti
terciptanya beberapa forum diskusi contohnya Forum Akar Rumput. Informan sering
mengkomunikasikan, opini-opini yang dapat mengembangkan dan memajukan
Komunikasi. Dalam forum ini bebas siapapun boleh bergabung, tetapi dengan
catatan orang tersebut dari Departemen Komunikasi, yang dimaksud bebas siapapun
boleh bergabung di sini adalah semua angkatan, tidak mengenal angkatan lama
atau baru sekalipun, bahkan dosen. Dengan kata lain, hal ini bersifat umum
terbatas untuk warga dari Departemen Komunikasi itu sendiri. Tetapi, dalam
pembahasan ruang publik yang dikemukakan oleh Habermas, hal ini disebut
bersifat privat karena tidak dilakukan pada khalayak ramai.
Pada perkembangan selanjutnya ruang publik juga menyangkut
ruang yang tidak saja bersifat fisik, seperti lapangan, warung-warung kopi dan
salon, tetapi juga ruang di mana proses komunikasi bisa berlangsung, misalnya media masa. Semakin
berkembangnya zaman, perkembangan IT terus berkembang sangat pesat, hal
tersebut di ikuti oleh semakin meluasnya media untuk ruang publik di dunia maya
(cyber) dalam membentuk ruang
komunikasi yang tidak mengenal batas baik wilayah maupun waktu, seperti Facebook, twitter, e-mail, catting, mailing
list, dan situs lainnya. Hal ini juga didukung dengan data lapangan yang
menyebutkan bahwa untuk ruang publik dapat tercipta tidak lagi hanya dilakukan
secara tatap muka, tetapi dapat di lakukan di dunia maya, contohnya facebook. Dalam facebook terdapat konten status dan group di mana semua orang dapat mengkomunikasikan berbagai hal dan
pandangan sehingga dapat terbentuk opini publik.
Pada konten status, mahasiswa
Komunikasi juga menggunakannya untuk mencitptakan ruang publik, karena informan
berpendapat bahwa konten status di dalam facebook
merupakan media untuk share informasi,
meskipun jarang membuat status ini itu tetapi informan lebih suka memberi
komentar pada konten status teman daripada membuat status di facebook sendiri. Hal ini dapat
diinterpretasikan bahwa status Facebook
mengalami kontekstualisasi fungsi bagi para penggunanya. Kontekstualisasi
fungsi tersebut terbagi menjadi beberapa kualifikasi yaitu pertama, menunjuk
pada lokasi keberadaan Facebookers
ketika sedang menjawab pertanyaan tersebut (update status). Kedua, pertanyaan
atau mencari jawab atas pertanyaan yang tidak diketahui oleh pemilik account Facebook tersebut. Ketiga, ungkapan
perasaan hati (mood). Keempat,
tanggapan atau respon terhadap situasi di sekitar Facebookers. Kelima, sebagai buah pemikiran atau hasil refleksi
individu. Kontekstualisasi fungsi Facebook
membangun ruang publik yang memanfaatkan Facebook
itu sendiri. Khususnya untuk kualifikasi keempat dan kelima, di mana kedua
kualifikasi tersebut membangun ruang publik antar pengguna Facebook yang mempunyai concern
yang sama. Namun demikian, bukan berarti kualifiasi yang pertama sampai ketiga
tidak mampu membangun ruang publik sesama pengguna Facebook. Wacana tetap saja terjadi, bahkan juga mempunyai
kesempatan membangun ruang publik. Salah satu modus pencipta ruang publik
adalah tersedianya ruang komentar (comment)
untuk menempatkan tanggapan atau respon dalam bentuk komentar terhadap status
yang ditulis.
Dari sini dapat diinterpretasikan bahwa ruang publik
merupakan wilayah kehidupan sosial yang memungkinkan terjadinya diskusi dan
mengidentifikasi masalah-masalah sosial. Konten status facebook mengkonstruksi menjadi sebuah ruang publik. Di mana konten
status memungkinkan terjadinya diskusi dari hasil tanggapan atau respon dari
status yang dibuat. Tanggapan atau respon tersebut tentunya dilontarkan dalam
atmosfer yang bebas. Pengertian bebas tersebut terdapat ide atau gagasan
tentang kesetaraan/kesederajatan dari para pihak yang berkomunikasi. Hal ini
konten status tidak lagi bersifat private
atau personal tetapi bersifat publik karena siapapun dapat
memberi tanggapan atau respon perihal apa yang ada di konten status tersebut. Konten
status membentuk suatu proses adu argumentasi baik yang bersifat affirmasi
maupun sanggahan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diungkapkan.
Proses beradu-argumentasi inilah yang menjadi diskursus virtual tentang suatu
topik atau isu yang terkait dengan kehidupan publik dan kebaikan bersama.[4]
Bagi Habermas, fungsi media telah diubah dari memfasilitasi
wacana dan perdebatan rasional dalam ranah publik, menjadi membentuk,
mengkonstruksi, dan membatasi wacana publik ke tema-tema yang disahkan dan
disetujui oleh perusahaan-perusahaan media. Saling berhubungan antara ranah
debat publik dan partisipasi individu sudah patah, dan berubah bentuk ke dalam
lingkungan aktifitas informasi publik atau pertunjukan publik. Lingkungan
semacam itu, warga-konsumen menyerap dan mencernakan sebagai hiburan dan
informasi secara pasif.
Warga negara dengan demikian sekadar menjadi penonton
pertunjukan dan wacana media, yang membentuk opini publik, dan menurunkan
derajat konsumen atau warga negara itu menjadi sekadar obyek bagi berita,
informasi, dan urusan-urusan publik. Hal ini seperti data lapangan yang
ditemukan, bahwa informan tidak begitu tertarik untuk memberi respon, tanggapan
atau opini terhadap wacana yang ada di dalam facebook, misalnya wacana fenomena tentang Koin Prita, Dukungan
untuk Bibit Candra, Koin untuk Karen dan lain sebagainya. Mereka hanya menjadi
penonton karena meraka hanya membacanya saja, mereka hanya sekedar mengetahui
informasi tersebut. Hal ini juga didukung dengan data lapangan yang menyatakan
bahwa konseptualisasi ruang publik di dalam facebook
yaitu facebook merupakan salah
satu media ruang publik yang di mana semua orang dapat bergabung di facebook sehingga dapat terjadi suatu
interaksi antar individu, baik yang saling mengenal maupun yang tidak saling
mengenal untuk mengkomunikasikan sesuatu atau pandangan sehingga dapat terjadi
sebuah diskusi atau perdebatan.
Transformasi ini, opini publik bergeser dari konsensus
rasional yang muncul dari debat, diskusi, dan refleksi, menjadi opini yang
direkayasa lewat jajak pendapat atau pakar media. Jadi, perdebatan rasional dan
konsensus telah digantikan oleh diskusi yang diatur dan manipulasi.
Habermas menulis tentang gerakan sosial baru yang menggeser
dan menggantikan kaum proletar abad ke 19. Gerakan ini memasukkan gerakan
perempuan, gerakan masyarakat kulit berwarna, gerakan sosial post-kolonial,
gerakan lingkungan, gerakan anti nuklir, dan gerakan pembebasan nasional. Ia
berpandangan bahwa teori kritis harus menghargai keragaman gerakan ini karena
mereka muncul dari perlawanan lokal masyarakat terhadap dominasi
Adapun pengertian
gerakan sosial menurut Sosiologi sendiri adalah aktifitas sosial berupa gerakan
sejenis tindakan sekelompok yang merupakan kelompok informal yang berbetuk
organisasi, berjumlah besar atau individu yang secara spesifik berfokus pada
suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau
mengkampanyekan sebuah perubahan sosial. Pada dasarnya gerakan sosial adalah
gerakan suatu organisasi atau kelompok orang yang bermaksud mengadakan
perubahan terhadap struktur sosial yang ada, serta untuk membangun kehidupan
baru yang lebih baik dan gerakan sosial merupakan gerakan kebersamaan yang di
gerakan untuk seluruh masyarakat.
Data di lapangan menyatakan bahwa gerakan sosial merupakan
suatu gerakan kebersamaan yang disebabkan oleh suatu isu yang diangkat di ruang
publik dan gerakan sosial tersebut memiliki tujuan tertentu. Tujuan tertentu
contohnya seperti tujuan untuk perlawanan, perubahan, solidaritas, penyadaran,
keadilan, penguatan identitas, politik, dan tujuan kebersamaan lainnya. Gerakan
sosial juga merupakan suatu gerakan aksi reaksi dari masyarakat secara massal
terhadap suatu isu yang diangkat di publik, baik gerakan secara spontan atau
gerakan yang dibuat secara koordinator, yang di mana gerakan ini memiliki suatu
tujuan tertentu. Hal ini seperti yang kemukakan oleh Sztompka
(1993), definisi gerakan sosial menurut Sztompka harus terdiri dari, kolektivitas orang yang bertindak bersama, tujuan bersama tindakannya adalah perubahan
tertentu dalam masyarakat mereka yang ditetapkan partisipan menurut cara yang
sama, kolektivitasnya relatif
tersebar namun lebih rendah derajatnya daripada organisasi formal, dan tindakannya mempunyai derajat spontanitas
relatif tinggi namun tak terlembaga dan bentuknya tak konvensional.
Pada temuan lapangan
menyebutkan bahwa suatu gerakan sosial harus memiliki unsur-unsur, seperti masa, media, isu, aksi – reaksi, penggerak (credible,), tujuan bersama, empati,
solidaritas, diskusi, perdebatan, solusi dari isu yang diangkat, dominasi dan
gerakan kebersamaan. Unsur-unsur gerakan sosial tersebut dapat berbentuk
gerakan-gerakan sosial, seperti seperti
diskusi,
demonstrasi, perkumpulan, gerakan empati, gerakan solidaritas, bakti sosial,
gerakan kebersamaan, gerakan pro dan kontra, gerakan perubahan, gerakan
perlawanan, gerakan kesadaran, aksi protes, dan orasi mahasiswa dan
gerakan-gerakan untuk mencapai suatu keadilan dan kesejahteraan untuk
masyarakat. Menurut Cook (1995), gerakan sosial mencakup beberapa konsep, yaitu
berorientasi perubahan (change oroented goals), tingkat organisasi (some
degree of organization), tingkat kontinyuitas yang sifatnya temporal (degree
of temproral continuity), dan aksi kolektif di luar lembaga (aksi jalanan)
dan di dalam lembaga/lobi politik (some extrainstitutional and institutional).
Konseptualisasi
gerakan sosial menurut data lapangan yang peneliti temukan, yaitu facebook sebagai alat untuk mengumpulkan, menghimpun,
menggerakan, dan mempengaruhi
masa untuk melakukan sebuah gerakan sosial atas isu yang
diangkat di publik baik gerakan untuk menolak atau mendukung isu tersebut.
Tetapi disisi lain data di lapangan yang menyebutkan bahwa facebook merupakan usaha kecil untuk sebuah gerakan sosial. Karena
gerakan sosial lebih terasa apabila dilakukan di dunia nyata. Jurgen Habermas
memberikan pernyataan bahwa pengetahuan selalu berkaitan dengan kepentingan
(Hardiman, 1990:109-189). Menurut Habermas, upaya memisahkan pengetahuan dari
kepentingan sebenarnya hanya bersifat semu dan palsu, bahkan menjadi alat
terselubung bagi suatu kepentingan tersendiri. Menurut Habermas bentuk
pengetahuan adalah bentuk kepentingan dari mana pengetahuan itu muncul. Pada
realitanya, pernyataan Habermas dapat terlihat pada hasil temuan lapangan, di
mana pada Departemen Komunikasi begitu banyak mata kuliah yang di tawarkan dan
mata kuliah
yang ditawarkan di Departemen Komunikasi yang di mana dalam matakuliah tersebut
mempelajari ruang publik maupun gerakan sosial yang ditemukan pada data
lapangan sebagai berikut, Jurnalistik Media Cetak, Kreatif,
Periklanan, Sosiologi Komunikasi, Pengantar Kajian Media, Cyber Culture,
Jurnalisme Online, Teori Komunikasi, Media dan Mayarakat, Perkembangan
Teknologi Komunikasi, Kajian Cinema, Komunikasi Politik, dan Dasar-dasar
Jurnalistik. Tidak sedikit mata kuliah yang diajarkan pada mahasiswa Komunikasi
untuk mempelajari ruang publik maupun gerakan sosial. Dan hal ini didukung oleh
para dosen untuk adanya ruang publik khusus untuk Prodi Komunikasi, yaitu group facebook sehingga dari ruang
publik yang menggunakan media facebook tersebut
dapat membangun berbagai macam bentuk gerakan
yang dibangun oleh mahasiswa Komunikasi. Data lapangan menyebutkan bahwa
ada beberapa gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa Komunikasi yang di mana
gerakan tersebut berawal dari facebook, seperti
comunicare, bakti sosial, orasi mahasiswa, buka bersama dan ke
Panti asuhan, Forum Akar Rumput, dan HIMAKOM di facebook, perkumpulan mahasiswa Komunikasi yang membahas dan
berdiskusi tentang isu-isu yang hubungan dengan Komunikasi, mengadakan event-event yang berhubungan dengan
Komunikasi, rapat, partisipasi demonstrasi, dan memotivasi teman yang jarang
kuliah. Tetapi beberapa gerakan tersebut tidak mencermin secara utuh sebagai
gerakan sosial karena beberapa kegiatan tersebut bersifat privat khusus untuk
mahasiswa Komunikasi sendiri dan tidak digerakan untuk khalayak ramai dan tidak
ditujukan untuk melakukan sebuah perubahan pada masyarakat. Dengan kata lain,
gerakan yang dilakukan mahasiswa Komunikasi bersifat umum terbatas.
Bentuk
pengetahuan adalah bentuk kepentingan dari mana pengetahuan itu muncul,
ungkapan Habermas tersebut dapat dikaitkan dengan begitu banyak mata kuliah
yang ditawarkan di Departemen Komunikasi yang di mana dalam matakuliah tersebut
mempelajari ruang publik maupun gerakan sosial. Apa yang dipelajari seseorang
dapat teraplikasikan pada kehidupannya, di mana memanfaat untuk beberapa kepentingan
misalnya membangun beberapa gerakan yang di mana pasti menghasilkan banyak
manfaat untuk banyak orang dan dalam pengaplikasiannya dapat meluas pada
kehidupan masyarakat bukan pada komunitas itu sendiri.
Gerakan sosial yang ada
di ruang publik dapat berbentuk demo, membentuk opini, membangun solidaritas,
media perlawan semu bagi orang-orang yang kalah, gerakan berempati, gerakan
kebersamaan dan lain-lain. Padahal sebelum adanya gerakan sosial di facebook, gerakan sosial terjadi di
dunia nyata bukan dunia maya yang booming
seperti saat ini.[5]
Hal ini menunjukkan bahwa media untuk membangun dan melaksanakan suatu gerakan
sosial mengalami perubahan dan perkembangan yang dulunya hanya terjadi dengan
cara tatap muka dan pada tempat-tempat tertentu, tetapi saat ini dapat terjadi
di manapun, bahkan tanpa saling mengenal dan bertatap muka, misalnya pada situs
jejaring sosial, yaitu facebook.
Kesimpulan
Dalam tulisan ini
melibatkan dua persoalan, yaitu pertama persoalan teoritis, kedua adalah
persoalan empiris. Pertama, pada
teori ruang publik yang di kemukakan oleh Jurgen Habermas, menyatakan bahwa
publik merupakan suatu ruang demokratis atau wahana diskursus masyarakat, di
mana warga negara dapat menyatakan opini-opini, kepentingan-kepentingan dan
kebutuhan-kebutuhan informasi secara diskursif sehingga dapat membentuk sebuah
komunikasi. Ruang publik merupakan ruang yang bebas dan siapapun bebas ikut
bergabung dalam diskusi tersebut sehingga pada ruang tersebut, orang-orang
dapat mengkomunikasikan sesuatu atau pandangannya secara bebas.[6]
Kedua, persoalan
empiris. Pada realitanya ruang
publik juga memiliki peran dalam membangun suatu gerakan sosial. Gerakan sosial
dapat dibangun dalam ruang publik, melalui situs jejaring sosial, salah satunya
adalah facebook. Media facebook digunakan untuk menggerakan,
menggalakkan, menghimpun, dan mempengaruhi masa untuk melakukan suatu gerakan
sosial atas isu yang diangkat di ruang publik. Pada dasarnya gerakan sosial
adalah gerakan suatu organisasi atau kelompok orang yang bermaksud mengadakan
perubahan terhadap struktur sosial yang ada, serta untuk membangun kehidupan
baru yang lebih baik. Tetapi beberapa gerakan-gerakan yang dibangun oleh
mahasiswa Komunikasi tidak mencerminkan secara utuh sebagai gerakan sosial
karena beberapa kegiatan tersebut bersifat umum terbatas. Dari data lapangan
yang telah dianalisis mengenai gerakan sosial pada ruang publik (studi pada
mahasiswa Departemen Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di
Universitas Airlangga Pengguna Media Facebook). Dapat di tarik beberapa kesimpulan
yaitu:
a. Beberapa
gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa Komunikasi yang di mana gerakan tersebut
berawal dari facebook tidak
mencerminkan secara utuh sebagai gerakan sosial karena beberapa kegiatan
tersebut bersifat umum terbatas. Jika di tinjau dari teori Habermas, umum
terbatas artinya privat khusus, di mana gerakan tersebut hanya untuk warga
Departemen Komunikasi sendiri dan tidak digerakan untuk khalayak ramai, serta
tidak ditujukan untuk melakukan sebuah perubahan pada masyarakat.
b. Dari
beberapa gerakan yang dibangun oleh mahasiswa Departemen Komunikasi dapat di
simpulkan bahwa gerakan-gerakan tersebut dibangun untuk memperkuat identitas
informan tanpa melakukan gerakan sosial kepada khalayak ramai. Jadi gerakan
tersebut hanya sebatas trend dalam
penggunaan sebuah media baru atau media yang sedang booming, misalnya saja media facebook.
Hal tersebut bertentangan dengan apa yang di maksud gerakan sosial, karena
gerakan sosial bersifat publik dan dapat menggunakan media apa saja, tidak
melihat media yang sedang booming atau
tidak. Selain itu gerakan sosial di bangun untuk sebuah perubahan pada
masyarakat, bukan pada komunitas tertentu.
Dari beberapa
kesimpulan yang disarikan maka dapat diambil beberapa proposisi, di antaranya:
a. Ruang
publik dapat terbangun tidak lagi hanya dilakukan secara tatap muka, tetapi
dapat di lakukan di dunia maya, contohnya facebook
khususnya pada konten status dan group.
b. Saat
ini banyak warga negara yang sekedar menjadi penonton pertunjukan dan wacana
media. Dalam transformasi ini, opini publik bergeser dari konsensus rasional
yang muncul dari debat, diskusi, dan refleksi, menjadi opini yang direkayasa
lewat jajak pendapat atau pakar media. Jadi, perdebatan rasional dan konsensus
telah digantikan oleh diskusi yang diatur dan manipulasi.
c. Dari
beberapa gerakan yang dibangun oleh mahasiswa Departemen Komunikasi dapat di
artikan bahwa gerakan-gerakan tersebut dibangun untuk memperkuat identitas diri
tanpa melakukan gerakan sosial kepada khalayak ramai. Jadi gerakan tersebut hanya sebatas trend dalam penggunaan sebuah media baru atau media yang sedang booming, misalnya saja media facebook.
DAFTAR PUSTAKA
v Literatur
Buku:
Hardiman, F.Budi. 2009. Demokrasi Deliberatif: Menimbang
‘Negara Hukum’ dan ‘Ruang Publik’ dalam Teori Diskursus Jurgen Habermas. Kanisius.
Yogyakarta.
Ritzer, George dan Doulas J.
Goudman. 2005. Teori Sosial Modern.
Kencana. Jakarta.
Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Tulisan Sosial – Buku
Sumber Untuk Tulisan Kualitatif. Tiara Wacana.Yogyakarta.
Suyanto,
Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Tulisan
Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Prenada Media. Jakarta.
v Website:
www.google.com.http://id.wikipedia.org/wiki/J%C3%BCrgen_Habermas.
Keyword:ruang publik Habermas. Diakses pada hari Kamis. tgl 1 Maret 2012. pkl
22.51 WIB.
www.google.com.http://rezaantonius.multiply.com/journal/38.
Keyword: Facebook. Di Akses pada hari Minggu, tanggal 11
November 2012, pukul 12.58 WIB
www.google.com.http://s2ppuns12.wordpress.com/2012/01/10/gerakan-sosial-via-facebook/.Keyword:gerakan
social. Diakses pada hari Minggu. tgl 11 Maret 2012. pkl 20.18 WIB.
v Skripsi:
Desita,
Amanda. 2007. Skripsi: Konflik Ruang
Publik Studi terhadap Mahasiswa Pengguna Facebook di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Airlangga. Universitas Airlangga. Surabaya.
Larasati,
Ninit. 2008. Skripsi: Pencari Sumbangan
di Ruang Publik. Universitas Airlangga. Surabaya.
Setiawan,
Anggara Putra. 2011. Skripsi: Opini
Masyarakat Lewat Media Jejaring Sosial. Universitas Airlangga. Surabaya.
[1] www.google.com.http://s2ppuns12.wordpress.com/2012/01/10/gerakan-sosial-via-facebook/.Keyword:gerakan
social. Diakses pada hari Minggu. tgl 11 Maret 2012. pkl 20.18 WIB
[2] Hardiman,
F.Budi. 2009. Demokrasi Deliberatif (hlm.128)
. Kanisius.
Yogyakarta
[3] www.google.com.http://id.wikipedia.org/wiki/J%C3%BCrgen_Habermas.
Keyword:ruang publik Habermas. Diakses pada hari Kamis. tgl 1 Maret 2012. pkl
22.51 WIB
[4] www.google.com http://rezaantonius.multiply.com/journal/item/38.
Keyword: Facebook. Di Akses pada hari Minggu,
tanggal 11 November 2012, pukul 12.58 WIB
[5] www.google.com .http://id.wikipedia.org/wiki/J%C3%BCrgen_Habermas.
Keyword:ruang publik Habermas. Diakses pada hari Kamis. tgl 1 Maret 2012. pkl
22.51 WIB
[6] www.google.com.http://rezaantonius.multiply.com/journal/38.
Keyword: Facebook. Di
Akses pada hari Minggu, tanggal 11 November 2012, pukul 12.58 WIB.
0 Komentar untuk "Gerakan Sosial Mahasiswa Komunikasi FISIP Universitas Airlangga Pada Ruang Publik Facebook"