struktur masyarakat indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sosiologi pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang membahas tentang hubungan-hubungan sosial atau interaksi sosial, struktur sosial, perilaku sosial dan sebagainya dan kaitannya dengan pendidikan. Namun dalam pembahasannya, sering kali kita menemukan istilah yang mungkin bisa dianggap rancu, yaitu sistem sosial dan struktur sosial. Kedua istilah atau kedua konsep tersebut selalu muncul dalam setiap pembahasan yang bersifat sosiologis, ada yang menyatakan kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang sama dan adapula yang menyatakan berbeda. Dan apakah istilah-istilah tersebut memiliki pengertian yang sama dengan struktur masyarakat. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana pengertian sistem sosial, struktur sosial dan struktur masyarakat serta hal-hal yang berhubungan dengan istilah-istilah tersebut dan hubungannya dengan pendidikan.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian struktur masyarakat?
2. Apa fungsi struktur masyarakat?
3. Bagaimana struktur masyarakat Indonesia?
4. Apa hubungan struktur masyrakat dengan pendidikan?
3. Tujuan
1. Untuk mendiskripsikan pengertian struktur masyarakat
2. Untuk mendiskripsikan struktur masyarakat Indonesia
3. Untuk mendiskripsikan fungsi dari struktur masyarakat
4. Untuk mendiskripsikan hubungan struktur masyarakat dengan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Struktur Mayarakaat
Istilah struktur dapat diterjemahkan sebagai susunan, bagan, bangunan, skema atau gambar konkret tantang sesuatu. Oleh karena itu struktur masyarakat dapat diartikan sebagai susunan atau bangunan masyarakat yang penggambaran tentang suatu lembaga kemasyarakatan atau pranata sosial yang berlapis-lapis.
1. Perbedaan struktur social dan sistem sosial
Struktur Sosial dapat diartikan sebagai suatu susunan ( konfigurasi ) dimana orang-orang dengan kategori-kategori yang berbeda diikat dalam sutau tata hubungan kerja sama (Zanden,1979:116).
Mengenai bentuk susunan atau konfigurasi dari masing-masing sistem mungkin bisa berbeda satu sama lain tergantung besar kecilnya cakupan sistem tersebut. Semakin besar cakupan sistem, semakin rumit dan kompleks bentuk konfigurasinya, dan sebaliknya dalam sistem sosial yang kecil konfigurasinya akan sederhana. Keluarga adalah salah satu contoh struktur sosial yang memiiki cakupan sistem paling sederhana.
Keluarga merupakan suatu struktur, karena dalam keluarga yang merupakan sistem sosial masyarakat terkecil mengandung komponen-komponen yang lebih spesiifik seperti hubungan antara suami – isteri – anak, sistem perkawinan, sistem pelapisan, sistem peranan keluarga, sistem hak dan sebagainya.
Masyarakat juga merupakan suatu struktur, karena di dlam masyarakat terdiri dari bagian-bagian yang membentuk keseluruhan sebagai suatu kesatuan. Masyarakat terdiri dari orang-orang, kegiatan-kegiatan, kebiasaan, tata cara, nilai jenis kelamin, dan lain-lain yang membentuk satu kesatuan. Masyarakat juga memiliki lapisan-lapisan, privilese, kekuasaan, status, kehormatan, dan sebagainya. Dengan memperhatikan bagian-bagian dan lapisan dalam masyarakat tersebut, maka konfigurasi dalam sisitem tersebut menjadi semakin kompleks. Kalau kita perhatikan definisi struktur sosial diatas, ternyata mirip sekali dengan definisi sistem sosial karena dalam struktur sosial kita temui sistem sosial dan dalam sistem sosial ada seperangkat kegiatan bersama yang memperlihatkan hubungan timbal balik yang disebut dengan struktur.
Dengan demikian kedua konsep tersebut, yakni sistem sosial dan struktur sosial, tidak dapat dipisahkan. Struktur memperlihatkan adanya suatu cara hubungan konstan ( sebagai suatu kerangka ), sedangkan sistem memberikan sifat dan dinamika pada struktur secara keseluruhan. Dimensi yang memperlihatkan keterkaitan struktur dan sistem ini disebut dengan dimensi struktural. Istilah perubahan struktural, dapat diartikan sebagai terjadinya suatu perubahan di dalam kerangka struktur tata hubungan tertentu.
Selanjutnya istilah sosial dalam struktur sosial, bukan hanya menunjukkan pengertian struktural tetapi juga menggambarkan pengertian kultural. Artinya dalam dimensi struktural mengandung dimensi kultural. Perlu diketahui bahwa antara masyarakat dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan. Slah satu komponen hasil kebudayaan adalah ide-ide, nilai-nilai, norma-norma peraturan, dan sebagainya. Nilai-nilai ikut mempengaruhi perilaku seseorang da untuk menjamin bertahannya suatu sistem nilai tertentu dalam masyarakat maka diciptakan norma-norma dan sanksi-sanksi yang ikut mengatur perilaku antara satu posisi dengan posisi yang lainnya dalam satu struktur sosial. Dengan demikian berarti bahwa dimensi struktur tidak dapat dipisahkan dengan dimensi kultural, maka perubahan struktural juga mencerminkan perubahan kebudayaan.
Salah satu contoh, seorang pemimpin pada suatu masyarakat tradisional dominasinya kuat sekali karena ia mempunyai kekuasaan hampir tak terbatas. Sedangkan dominasi pemimpin pada suatu masyarakat modern sudah jauh sangat berkurang karena kekuasaannya banyak dibatasi oleh undang-undang, aturan-aturan, da sebagainya. Kesemuanya berlangsung karena telah terjadi pergeseran makna dan nilai kepemimpinan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi semua konsep atau aspek yang berhubungan dengan itu.
B. Fungsi Struktur Masyarakat
Dengan adanya struktur, maka secara psikologis anggota masyarakat akan merasa berbeda pada batas-batas kewenangan tertentu dalam melakukan aktivitasnya, setiap individu akan senantiasa menyesuaikan diri dengan ketertiban dan keteraturan masyarakat yang ada. Jadi nilai-nilai dan norma-norma kemasyarakatan diharapkan dapat berfungsi sebagai pembatas perilaku individu agar tidak melanggar batas-batas hak dan kepentingan anggota masyarakat yang lain. Menurut Mayor Polak (1979), struktur berfungsi sebagai pengawasan sosial, yaitu sebagai penekan terhadap kemungkinan-kemungkinan pelanggaran terhadap norma-norma, nilai-nilai dan peraturan yang berlaku, sehingga disiplin dalam kelompok cenderung dapat dipertahankan. Pengawasan dimaksudkan sebagai tujuan untuk mendisiplinkan para anggota kelompok dan menghindarkan atau membatasi adanya penyelewengan-penyelewengan dari norma-norma kelompok. Namun secara umum fungsi sosial atau masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Identitas
Struktur sosial berfungsi sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh sebuah kelompok. Kelompok yang anggotanya memiliki kesamaan dalam latar belakang ras, sosial, dan budaya akan mengembangkan struktur sosialnya sendiri sebagai pembeda dari kelompok lainnya.
2. Fungsi Kontrol
Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam diri individu untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain yang berlaku dalam masyarakat. Bila individu tadi mengingat peranan dan status yang dimilikinya dalam struktur sosial, kemungkinan individu tersebut akan mengurungkan niatnya melanggar aturan. Pelanggaran aturan akan berpotensi menibulkan konsekuensi yang pahit.
3. Fungsi Pembelajaran
Individu belajar dari struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. Hal ini dimungkinkan mengingat masyarakat merupakan salah satu tempat berinteraksi. Banyak hal yang bisa dipelajari dari sebuah struktur sosial masyarakat, mulai dari sikap, kebiasaan, kepercayaan dan kedisplinan.
Struktur dalam kehidupan masyarakat dapat juga berfungsi sebagai sebagai dasar untuk menanamkan suatu disiplin sosial, karena aturan disiplinnya berasal dari dalam kelompok sendiri, maka perlakua pengawasan dalam kelompoknya cenderung lebih mudah untuk dapat diterima sebagai kepentingan sendiri. Setiap anggota masyarakat akan mendapat pengetahuan dan kesadaran terutama perihal sikap, adat kebiasaan dan kepercayaan group. Dengan demikian, anggota kelompok dapat mengetahui cara-cara bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan ketentuan dan harapan-harapan umum sehingga kemungkinan terjadi perbedaan-perbedaan paham sedikit dapat dikurangi.
C. Struktur Masyarakat Indonesia
Masyarakat Indonesia disebut juga masyarakat majemuk yaitu masyarakat yang terdiri dari berbagai jenis suku bangsa, adat istiadat, nilai-nilai dan norma-norma berbagai institusi atau organisasi, budaya, bahasa, agama, dan sebagainya. Dan kesmuanya itu merupakan satu kesatuan membentuk satu identiatas dan solidaritas yaitu masyarakat indonesia.
Dalam masyarakat juga terdapat banyak kelompok-kelompok atau institusi sosial yang berbeda satu sama lain, kesemuanya itu merupakan rangkaian yang membentuk struktur. Masing-masing kelompok atau intitusi berusaha untuk mempengaruhi individu sehingga menimbulkan persaingan antar kelompok yang mengarah terjadinya konflik. Keadaan tersebut cukup memprihatinkan. Dengan demikian kemajemukan ini menjadi suatu peringatan bagi kita akan adanya maslah yang memerlukan perhatian khusus yaitu suku agama, ras, dan antargolongan. Kepekaaan dalam hal interaksi antar individu dari berbagai suku bangsa, agama, ras, dan antar golongan masih ada secara laten atau terpendam dalam masyarakat kita karena masih ada sisa-sisa arsa “curiga” yang melandasi interaksi antarindividu yang begrasal dari berbagai golongan tersebut.
Rasa curiga dalam interaksi juga disebabkan adanya pandangan-pandangan yang tidak wajar mengenai golongan lain atau stereotip negatif yang sering kali telah mendarah daging. Rasa curiga juga disebabkan adanya keprcayaan diterministis bahwa hanya golongan sendirilah yang sempurna, sehingga hal ini mempengaruhi rasa toleransi. Dalam satu kesatuan besar yang terdiri dari berbagai suku, ras, golongan yang berbeda tidak tertutup kemungkinan terjadinya percampuran budaya. Sebaliknya, tidak mustahil terjadi pula dominasi budaya dari masyarakat yang lebih besar terhadap masyarakat yang lebih kecil, dengan adanya hal sperti ini maka tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya suatu disintegrasi.
1. Pelapisan dan Sistem Pelapisan dalam Masyarakat
Menurut Petirim A. Sorokin (Abdul Syani :1994), bahwa Stratifikasi Sosial (Social Stratification ) adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat (hirerarkhis). Pelapisan masyarakat merupakan pembedaan (diferensiasi) yang berhubungan dengan pengertian perbedaan tingkat, dimana anggota-anggota masyarakat berada di dalamnya. Pelapisan dalam masyarakat dapat pula didasarkan atas perbedaan jenis kelamin, perbedaan antara pemimpin dengan yang dipimpin, pembagian kerja dan sebagainya.
Dengan istilah sebagaimana digunakan Sorokin, memperinci ciri umum adanya pelapisan dalam masyarakat kedalam beberapa bagian, yaitu :
1. Pemilikan atas kekayaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran, artinya strata dalam kehidupan masyarakat dapat dillihat dari nilai kekayaan seseorang dalam masyarakat.
2. Status atas dasar fungsi dalam pekerjaan, misalnya sebagai dokter, dosen, buruh atau pekerja teknis atau sebagainya semua ini sangat menentukan status seseorang dalam masyarakat.
3. Kesolehan seseorang dalam bergama, jika seseorang sungguh-sungguh penuh dengan ketulusan dalam menjalankan agamanya, maka status seseorang tersebut akan dipandang lebih tinggi oleh masyarakat.
4. Status dasar keturunan, artinya keturunan dari orang yang dianggap terhormat (ningrat) merupaka ciri seseorang yang memilikistatus tinggi dalam masyarakat.
5. Latar belakang rasial dan lamanya seseorang atau sekelompok orang yang tinggal pada suatu tempat. Pada umumnya seseorang yang dianggap sebagai pendiri kampung atau perguruan tertentu, biasanya dianggap masyarakat sebagai oarang yang berstatus tinggi, terhormat dan disegani
6. Status atas dasar jenis kelamin dan umur seseorang. Pada umumnya seseorang yang lebih tua umurnya lebih dihormati dan dipandang tinggi statusnya. Begitu juga jenis kelamin kelamin laki-laki pada umumnya dianggap lebih tinggi statusnya dalam keluarga dan dalam masyarakat.
Dari beberapa ciri tersebut kemudian berproses kedalam berbagai kondisi sosial masyarakat, mislanya perbedaan ciri biologis, etnis, ataupun ras. Jika diantarnya terdapat kelompok yang mampu menguasai kelompok lainnya, maka terjadilah pembedaan status yang menunjuk pada eksistensi pelapisan masyarakat.
Semkain kompleks dan majunya pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat, maka sistem lapisan-lapisan dalam masyarakat semakin kompleks pula. Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Istilah kelas merupakan pengertian paralel dengan lapisan tanpa harus terikat dengan perbedaan faktor dasar lapisan. Kelas sosial sebagaimana dinyatakan oleh Hasan Shadily (1983), adalah sebagai golongan yang terbentuk karena adanya perbedaan kedudukan yang tinggi dan yang rendah, dan karena adanya rasa segolongan dalam kelas masing-masing, sehingga kelas yang satu dapat dibedakan dengan kelas yang lain.
D. Hubungan Struktur Masyarakat dengan Pendidikan
Pendidikan merupakan produk dari masyarakat, karena pendidikan sebagai prosestransmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan danaspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda maka seluruhupaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-kekuatanmasyarakat
Hampir segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia merupakan hasil hubungannya dengan orang lain baik di rumah, sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Sehingga segala sesuatu yang telah diketahui oleh individu merupakan hasil dari timbal balik yang sudah dibentuk oleh struktur masyarakat setempat. Bagi masyarakat sendiri, hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak masing-masing pereode jaman kepada generasi muda melalui pendidikan, secara khusus melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi. Masyarakat berpengaruh terhadap sekolah dalam Orientasi dan tujuan pendidikan, yaitu sekolah lahir dari, oleh, dan untuk masyarakat. Adapaun pengaruh masyaraat terhadap lembaga pendidikan ialah:
• Sebagai arah menentukan tujuan
• Sebagai masukan dalam menentukan proses belajar mengajar
• Sebagai sumber belajar
• Sebagai pemberi dana dan fasilitas lainnya
• Sebagai laboratorium guna pengembangan dan penelitian sekolah
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian di atas kami dapat menyimpulkan bahwa, Strukur Sosial adalah suatu bentuk tatanan atau susunan masyarakat dimana orang-orang yang berbeda suku, agama, ras, maupun antargolongan diikat dalam bentuk tatanan hubungan kerjasama. Sedangkan sistem sosial dan struktur sosial, tidak dapat dipisahkan. Struktur memperlihatkan adanya suatu cara hubungan konstan ( sebagai suatu kerangka ), sedangkan sistem memberikan sifat dan dinamika pada struktur secara keseluruhan.
Adapun yang dimaksud dengan struktur masyarakat yaitu susunan atau bangunan masyarakat yang penggambaran tentang suatu lembaga kemasyarakatan atau pranata sosial yang berlapis-lapis. Secara umum fungsi struktur adalah sebagai identitas sosial, kontrol sosial dan sebagai pembelajaran sosial.
Sedangkan Pelapisan Masyarakat dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat (hirerarkhis). Pelapisan masyarakat merupakan pembedaan (diferensiasi) yang berhubungan dengan pengertian perbedaan tingkat, dimana anggota-anggota masyarakat berada di dalamnya. Pelapisan dalam masyarakat dapat pula didasarkan atas perbedaan jenis kelamin, perbedaan antara pemimpin dengan yang dipimpin, pembagian kerja dan sebagainya.Pendidikan tidak dapat dipisahkan kaitannya dengan struktur masyarakat setempat, karena masyarakat mempunyai peranan yang sangat besar dalam pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Polak, Mayor.1979. Sosiologi Suatu Buku Pengantar Ringkas. PT. Ikhtiar Baru: Jakarta.
Shadily, Hasan. 1983. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. PT. Bina Aksara: Jakarta.
Syani, Abdul.1994. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Bumi Aksara: Jakarta.
__________.1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Pustaka Jaya: Lampung.

0 Komentar untuk "struktur mayarakat indonesia"